Sejarah Puasa Ramadhan: Asal Usul Dan Perkembangannya dalam Islam
Puasa Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang memenuhi syarat untuk berpuasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan. Tahukah Sahabat bagaimana awal mula puasa dilakukan dan kapan sejarah puasa Ramadhan pertama kali diwajibkan? Yuk, kita simak.
Sejarah Puasa Ramadhan
Sejarah puasa Ramadhan menurut Imam al-Qurthubi, seperti yang dikutip dalam buku “Misteri Bulan Ramadhan” karya Yusuf Burhanudin, menyatakan bahwa Nabi Nuh AS adalah orang pertama yang berpuasa pada bulan Ramadan. Nabi Nuh melakukannya setelah turun dari bahteranya setelah badai menghantam negeri kaumnya.
Puasa pada zaman Nabi Nuh dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas keselamatan dirinya dan kaumnya dari badai dan banjir.
Sementara itu, saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada masa hijrah, beliau melihat orang-orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Muhammad kemudian bertanya kepada salah satu dari mereka tentang alasan berpuasa, dan orang Yahudi menjawab bahwa mereka berpuasa sebagai bentuk syukur karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya dari serangan Firaun. Nabi Musa AS kemudian berpuasa pada hari 10 Muharram sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Nabi Muhammad SAW kemudian menjelaskan peristiwa tersebut kepada umatnya dan memerintahkan umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Awalnya, siapa pun yang ingin berpuasa boleh melakukannya, dan siapa pun yang ingin membatalkan puasanya diperbolehkan dan hanya perlu menggantinya dengan memberi makan orang miskin. Namun akhirnya, Allah memerintahkan seluruh umat yang sehat dan tidak dalam perjalanan untuk berpuasa dan tidak boleh memilih untuk berbuka hingga matahari terbenam. Bagi mereka yang lanjut usia, masih diberikan keringanan untuk berbuka dengan syarat tetap memberikan makanan untuk orang miskin. Hal ini disebutkan dalam ayat yang tertulis:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”
Sebelum turunnya ayat yang mewajibkan puasa Ramadhan, umat Islam biasa berpuasa wajib pada tanggal 10 Muharram atau yang dikenal dengan hari Asyura.
Pertama kali diwajibkan untuk berpuasa oleh Allah SWT bagi umat Islam terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW baru saja menerima perintah untuk mengubah arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina ke arah Masjidil Haram di Makkah.
Namun, pelaksanaan puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi umat Islam dilakukan secara bertahap. Seperti yang disebutkan dalam Alquran dan Hadits Nabi SAW.
Ayat yang menjadi dalil kewajiban puasa Ramadan terdapat dalam Al-Quran, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 183.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183).
Mengapa Jatuh Awal Dan Akhir Ramadhan Selalu Berbeda?
Perbedaan waktu awal dan akhir Ramadhan terjadi karena perbedaan cara penentuan kalender Hijriyah yang digunakan oleh masing-masing negara atau wilayah. Kalender Hijriyah didasarkan pada peredaran bulan, sehingga awal dan akhir bulan Ramadhan tergantung pada observasi bulan sabit atau perhitungan astronomi.
Beberapa negara atau wilayah menggunakan metode observasi langsung bulan sabit untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan, sementara yang lain menggunakan perhitungan astronomi berdasarkan kalkulasi matematika yang rumit. Karena itu, ada kemungkinan perbedaan waktu antara negara atau wilayah yang satu dengan yang lain.
Selain itu, perbedaan waktu awal dan akhir Ramadhan juga bisa disebabkan oleh perbedaan garis bujur, sehingga terdapat perbedaan waktu matahari terbit dan matahari terbenam antara wilayah tersebut. Hal ini juga dapat mempengaruhi waktu awal dan akhir Ramadhan di wilayah tersebut.
Namun, perbedaan waktu awal dan akhir Ramadhan ini tidak mengurangi makna dan pentingnya ibadah puasa Ramadhan. Sebaliknya, puasa Ramadhan tetap menjadi ibadah yang dijalankan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan menjadi sarana untuk memperbaiki diri. Wallahu a’lam bish-shawab.
Dalam menyambut Ramadhan ini, tentu banyak sekali kebutuhan yang tak terduga mulai membeli makanan sahur / buka puasa, keperluan rumah tangga, hingga kebutuhan ibadah seperti sajadah, mukena dan lain sebagainya. Manfaatkan berbagai barang berharga seperti Televisi, Handphone, Laptop, Kamera dan barang elektronik lainnya yang memiliki nilai ekonomis sebagai sumber dana darurat. Gunakan Gadai Elektronik di Pegadaian untuk menyambut ramadhan dengan lebih siap secara finansial. Yuk, ke Pegadaian sekarang!
Artikel Lainnya
Wirausaha
Tutorial Bisnis Online bagi Pemula
Perkembangan bisnis online saat ini tengah mencapai perkembangan yang sangat pesat.
Keuangan
5 Cara Mengatur Keuangan
Harga kebutuhan hidup terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, baik itu kebutuhan pokok atau kebutuhan lainnya. Jika kita tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, biaya hidup yang semakin mahal akan sangat terasa. Kebutuhan yang semakin banyak dengan harga yang kian melambung menuntut siapa pun untuk selalu bekerja keras agar bisa memenuhi segala kebutuhannya. Jika […]
Investasi
Macam-Macam Pensiun yang Perlu Kamu Ketahui, Catat!
Terdapat macam-macam pensiun yang dapat kamu ketahui mulai dari pensiun normal, dipercepat, hingga pensiun ditunda. Baca selengkapnya di sini!