Kesalahan Generasi Milenial dalam Mengelola Keuangan

Oleh Sahabat Pegadaian dalam Keuangan

01 November 2017
Bagikan :
image detail artikel

Generasi milenial adalah kelompok usia yang lahir antara tahun 1980 sampai 2000. Dibesarkan di zaman yang memiliki kecanggihan teknologi, generasi ini dikenal sebagai generasi yang paling mudah belajar, meskipun sedikit pemalas.
Saat ini, generasi milenial berada di kisaran umur 17 hingga 37 tahun, yang mana sebagian dari mereka telah memasuki usia produktif. Mereka bekerja, memperoleh penghasilan, dan telah mandiri secara finansial.
Sayangnya, kebanyakan dari generasi ini tidak terlalu mengerti bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik. Jika Anda salah satunya, simak kesalahan-kesalahan dalam mengatur keuangan yang mungkin saja tanpa Anda sadari juga Anda lakukan:
1. Generasi Milenial Lebih Besar Pasak Daripada Tiang
Sebenarnya situasi ini tidak hanya dialami oleh generasi milenial saja. Namun mengingat kelompok usia ini masih berusia muda dan lebih impulsif dalam membelanjakan uang, wajar saja jika peribahasa ini sering disematkan kepada mereka.
Selain itu, generasi milenial juga kebanyakan lebih menomor-satukan gaya hidup. Bahkan, mereka bisa nekat melakukan apapun demi menyelamatkan gaya hidupnya. Termasuk berhutang untuk hal-hal yang sebenarnya bersifat konsumtif.
Untuk itu, berhati-hatilah dengan gaya hidup yang tidak sebanding dengan penghasilan, karena hal itu dapat menggiringmu menuju lingkaran hutang. Jangankan menyiapkan dana tabungan atau investasi, untuk membiayai kebutuhan sehari-hari saja Anda mungkin akan kesulitan.
2. Generasi Milenial Tidak Memiliki Rencana Anggaran
Hal ini juga menjadi kesalahan yang sering dilakukan para generasi milenial dalam mengelola keuangan. Tidak jarang bukan uang Anda selalu menipis bahkan saat baru menginjak pertengahan bulan? Itulah akibatnya jika kamu tidak memiliki rencana anggaran yang matang.
Untuk mengatasi situasi tersebut, sebaiknya buatlah rencana anggaran yang terperinci di awal bulan. Rumus umumnya, sisihkan gajimu sebesar 50% untuk keperluan hidup sehari-hari, 20% untuk ditabung, dan 30% sisanya untuk berlibur atau rekreasi.
3. Generasi Milenial Suka Menunda Investasi
Para generasi milenial cenderung tidak mengerti atau bahkan tidak peduli dengan investasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mereka lebih memprioritaskan gaya hidup yang mewah daripada menyimpan uang untuk ditabung atau diinvestasikan.
Padahal, investasi perlu dilakukan agar Anda memiliki tabungan jangka panjang. Sang investor legendaris Warren Buffet pernah berkata.

Jika kamu tidak mencari cara untuk mendapatkan uang ketika tidur, maka kamu akan bekerja sampai kamu mati.

Itulah mengapa banyak orang yang ketika muda menghasilkan banyak uang, tetapi ketika sudah tua mereka mengalami kesulitan keuangan.
Untuk itu, segeralah berinvestasi selagi masih muda. Ada banyak bentuk investasi yang bisa Anda manfaatkan dan salah satu yang paling populer adalah investasi dalam bentuk emas. Pegadaian menawarkan investasi dalam bentuk dengan cara yang mudah, praktis, dan ekonomis. Ya, lewat layanan Emasku, Anda bisa memiliki logam mulia 24 karat yang bisa dijadikan sebagai bahan investasi. Selain itu, ada juga keuntungan tambahan dari layanan Emasku ini, yaitu perlindungan asuransi dengan biaya pertanggungan sampai dengan Rp 30 juta.
4. Generasi Milenial Sering Melupakan Dana Darurat
Musibah bukanlah sesuatu yang dapat dipresiksi. Karenanya, menyiapkan dana darurat juga perlu dilakukan untuk berjaga-jaga jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut para ahli keuangan, besaran dana darurat yang semestinya kamu siapkan adalah sebesar 6 kali gaji bulanan. Jadi, jika semisal Anda kehilangan pekerjaan, kebutuhan sehari-hari masih bisa tercukupi.
5. Generasi Milenial Biasanya Punya Banyak Rekening Tabungan
Para generasi milenial juga suka sekali memiliki banyak rekening tabungan. Sayangnya, mereka tidak mengatur penggunaan tiap-tiap rekening tersebut. Jika Anda memiliki lebih dari satu rekening, ada baiknya jika Anda menggunakannya untuk mengelompokkan pos-pos keuangan.
Misalnya rekening A untuk menyimpan dana darurat, rekening B khusus untuk uang yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, dan rekening C untuk menabung keperluan jangka pendek.
6. Generasi Milenial Tidak Memiliki Rencana Keuangan Jangka Panjang
Para generasi milenial banyak yang menjalani hidup tanpa memikirkan perencanaan keuangan jangka panjang, seperti tabungan untuk hari tua atau tabungan masa depan lainnya. Mereka selalu berpikir “Let It Flow” atau “YOLO (You Only Live Once)”, sehingga menganggap lebih baik menikmati hidup yang ada sekarang daripada harus merencanakan masa depan.
Perlu Anda ketahui, semakin bertambahnya usia, keperluan hidup juga semakin bertambah. Di sisi lain, produktivas yang Anda miliki justru akan semakin berkurang. Jika Anda tidak menyiapkan perencanaan keuangan jangka panjang sejak muda, maka Anda akan lebih sulit lagi untuk menyiapkannya nanti.
Itulah beberapa kesalahan yang sering dilakukan generasi milenial dalam mengelola keuangan. Apabila Anda termasuk dalam kelompok generasi milenial, jadilah representasi generasi milenial yang tidak mudah tergerus gaya hidup mewah, selalu berinvestasi, dan pandai dalam merencanakan keuangan. Semoga bermanfaat!

Tinggalkan Komentar

Alamat email kamu tidak akan terlihat oleh pengunjung lain.
Komentar *
Nama*
Email*
logo

PT Pegadaian

Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Ikuti Media Sosial Kami

Pegadaian Call Center

1500 569

atau 021-80635162 & 021-8581162


Copyright © 2024 Sahabat Pegadaian. All Rights Reserved