Hiperinflasi: Ini Definisi, Penyebab, Dampak, & Contohnya

Hiperinflasi adalah kondisi inflasi yang tidak terkontrol. Ketika situasi ini terjadi, kondisi perekonomian secara keseluruhan akan sangat mengkhawatirkan.
Dampak yang ditimbulkan oleh hiperinflasi tidak dapat diabaikan. Maka dari itu, pemerintah perlu mengatasinya dengan serius karena masalah tersebut dapat menekan pertumbuhan ekonomi negara.
Ingin tahu lebih dalam mengenai hiperinflasi, termasuk penyebab, dampak, dan contohnya? Mari simak penjelasan selengkapnya di artikel ini.
Apa Itu Hiperinflasi?
Hiperinflasi adalah pertumbuhan ekonomi tidak normal yang ditandai dengan meningkatnya harga barang dan jasa secara drastis dalam waktu singkat lebih dari 50% per bulan.
Fenomena ini membuat masyarakat mulai meragukan nilai dan stabilitas mata uang lokal. Mereka cenderung beralih ke aset yang dinilai lebih aman, seperti mata uang asing.
Peranan penting dalam perekonomian lokal pun akhirnya diambil alih oleh mata uang asing. Akibatnya, nilai mata uang lokal merosot tajam yang membuat daya belinya menurun.
Umumnya, pemerintah akan menerapkan kebijakan moneter guna menanggulangi kondisi hiperinflasi. Agar terwujud, pemerintah harus terus memantau lonjakan inflasi dan melakukan analisis beragam faktor ekonomi yang ada.
Penyebab Hiperinflasi
Hiperinflasi tidak serta merta terjadi begitu saja karena tentu ada beragam faktor yang mendasarinya. Adapun beberapa penyebab hiperinflasi adalah sebagai berikut:
1. Pasokan Uang yang Berlebihan
Saat terjadi defisit anggaran, pembangunan suatu negara tidak dapat dilakukan. Alih-alih menaikkan tarif pajak atau mengambil pinjaman luar negeri, pemerintah memilih untuk mencetak mata uang baru agar defisit keuangan teratasi.
Pencetakan uang yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik justru dapat memicu terjadinya hiperinflasi.
Pasalnya, jumlah peredaran uang di masyarakat akan terus mengalami peningkatan, sedangkan produksi barang cenderung stagnan.
2. Ketidakstabilan Kondisi Sosial Politik
Kondisi sosial politik yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya hiperinflasi. Mengapa demikian? Konflik internal dalam suatu negara dapat menimbulkan kerusuhan besar.
Hiperinflasi yang terjadi berkepanjangan berpotensi merusak infrastruktur hingga memperlambat laju produksi barang maupun jasa yang menyebabkan kehancuran perekonomian secara nyata.
Akibatnya, pendapatan nasional akan menurun. Pada situasi ini, pemerintah juga harus memikirkan perbaikan atau pembangunan kembali infrastruktur yang rusak.
Hal tersebut tentunya membutuhkan anggaran dana yang besar. Alhasil, pemerintah terpaksa untuk mencetak uang dalam jumlah banyak yang berujung pada hiperinflasi.
Baca juga: Inflasi Hijau: Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
3. Demand-Pull Inflation
Permintaan pasar terhadap barang dan jasa yang lebih tinggi daripada ketersediaan pasokan bisa membuat harga meningkat secara signifikan.
Situasi ini disebut demand-pull inflation (inflasi tarikan permintaan). Pemicunya adalah adanya peningkatan drastis dalam hal pengeluaran oleh konsumen, bisnis, maupun pemerintah.
Jika terjadi secara berkelanjutan dan tidak diatasi dengan baik, situasi ini cepat atau lambat akan berkembang menjadi hiperinflasi.
4. Perang
Tidak hanya konflik internal, perang pun membuat kondisi perekonomian menjadi tidak stabil. Bukan tanpa alasan, negara akan mengeluarkan banyak dana untuk memenuhi kebutuhan perang.
Faktor produksi dan ekonomi akhirnya terabaikan. Hal tersebut menyebabkan produktivitas menurun di sektor riil yang dapat menurunkan pendapatan nasional, sedangkan pemerintah membutuhkan anggaran besar untuk mendanai peperangan.
Dampak Hiperinflasi
Fenomena hiperinflasi sangat merugikan pada perekonomian suatu negara. Adapun beberapa dampak hiperinflasi adalah sebagai berikut:
- Kesulitan memenuhi kebutuhan: Hiperinflasi menyebabkan lonjakan tajam pada harga barang dan jasa sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal itu karena perolehan penghasilan tidak setara dengan nilai peningkatan harga. Akibatnya, masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
- Krisis perbankan: Saat terjadi hiperinflasi, masyarakat menjadi enggan untuk menyimpan uang di bank. Mereka khawatir nilai mata uang akan terus mengalami penyusutan. Akibatnya, bank dan lembaga keuangan lainnya pun pailit sebab tidak ada perputaran dana.
- Terganggunya aktivitas ekspor dan impor: Hiperinflasi mengakibatkan harga produk maupun bahan baku impor menjadi lebih mahal sehingga sulit untuk dijangkau. Alhasil, keberlangsungan bisnis ekspor dan impor terganggu dan berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran.
Baca juga: Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi yang Perlu Diketahui
Contoh Hiperinflasi
Hiperinflasi lebih umum atau banyak terjadi di negara-negara berkembang. Pasalnya, tingkat stabilitas ekonomi di negara berkembang tergolong kurang stabil jika dibandingkan dengan negara maju.
Negara maju memiliki sistem untuk mengendalikan laju inflasi dengan baik. Kendati demikian, negara maju tidak begitu saja lepas dari ancaman hiperinflasi. Salah satu negara yang pernah mengalami hiperinflasi adalah Jerman.
Secara historis, Indonesia juga pernah menghadapi fenomena hiperinflasi sekitar 1960-an. Pada 1965, puncak tingkat inflasi di Indonesia bahkan menyentuh angka 600%.
Contoh hiperinflasi nyata yang terjadi di Indonesia tersebut disebabkan oleh pencetakan uang secara berlebihan. Akibatnya, masyarakat mengalami krisis kepercayaan pada mata uang rupiah.
Daya beli masyarakat turun secara drastis dan kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu berada di ambang kehancuran.
Bagaimana tidak? Perdagangan ekspor dan impor hampir terhenti. Kapasitas produksi dalam negeri pun memburuk.
Pemerintah Indonesia segera mengambil tindakan untuk menangani hiperinflasi yang terjadi. Langkah strategisnya adalah mendirikan Oeang Republik Indonesia (ORI).
Di samping itu, pemerintah juga secara bertahap terus melakukan berbagai perbaikan terhadap perekonomian sehingga mampu keluar dari hiperinflasi.
Demikian penjelasan tentang hiperinflasi, penyebab, dampak, hingga contohnya secara nyata yang penting dipahami.
Pemahaman tersebut bisa membantumu menyiapkan diri secara finansial guna menghadapi hiperinflasi.
Terdapat banyak cara untuk mengantisipasi risiko inflasi dan peningkatan lajunya, salah satunya adalah berinvestasi emas melalui Tabungan Emas di Pegadaian.
Melalui Tabungan Emas, kamu bisa mendapatkan jaminan emas bernilai 24 karat. Pembelian awal bisa dilakukan minimal sebesar Rp10 ribuan.
Di samping itu, jangan lupa menyiapkan kartu identitas yang masih berlaku dan melengkapi formulir pembukaan rekening Tabungan Emas aktif.
Nantinya, kamu bisa menabung emas secara konsisten dan disiplin. Saldo Tabungan Emas pun dapat dimanfaatkan untuk beragam hal dengan cara digadaikan lewat Gadai Tabungan Emas.
Pengajuan hingga berbagai transaksi Tabungan Emas bisa diproses di kantor cabang Pegadaian terdekat atau melalui aplikasi Pegadaian Digital.
Jika ingin mengetahui perkiraan besar gram emas yang bisa dibeli, hitunglah menggunakan fitur Simulasi Tabungan Emas.
Nah, tunggu apa lagi? Yuk, mulai menabung emas di Pegadaian sekarang untuk melindungi nilai aset berharga dari ancaman inflasi!
Baca juga: Peluang Investasi Perhiasan Emas, Aset Anti Inflasi!
Artikel Lainnya

Keuangan
TikTok Shop: Strategi Efektif untuk Bisnismu Berkembang
Cari tahu cara tingkatkan penjualan di TikTok Shop untuk bisnis yang berkelanjutan serta kembangkan modal usahamu di sini.

Keuangan
Prinsip Pareto Dalam Bisnis dan Keuangan
Sukses Dengan Prinsip Pareto: Raih keuntungan maksimal dalam bisnis dan keuangan. Ketahui penerapan prinsip pareto dan cara aplikasinya

Keuangan
Ini Daftar Beasiswa 2025 dalam Negeri dan Luar Negeri
Terdapat beberapa beasiswa 2025 yang dibuka untuk membantu siswa Indonesia menempuh pendidikan tinggi. Simak daftar selengkapnya di sini.