Istilah dropshipper dan reseller saat ini semakin marak dan sering terdengar seiring dengan berkembangnya bisnis online. Kedua pekerjaan tersebut saat ini sering dijadikan alternatif sebagai pekerjaan sampingan.
Namun, banyak orang yang bingung saat dihadapkan pada dua pilihan ini. Masih banyak yang berpikir bahwa keduanya sama, padahal tidak. Keduanya memang sama-sama menjual kembali produk orang lain, tetapi terdapat beberapa perbedaan antara dropshipper dan reseller dalam bisnis online.
Sederhananya, seorang dropshipper tidak perlu menyimpan stok barang yang banyak bahkan bisa tidak menyetok barang sama sekali, karena pada saat penjual mendapatkan orderan, maka penjual langsung meneruskan orderan dan detail pengiriman kepada produsen, distributor, ataupun supplier yang sudah bekerjasama dengannya.
Sedangkan reseller adalah mereka yang menjual kembali produk maupun jasa dari distributor, produsen, atau supplier yang sudah bekerjasama dengan pelaku bisnis tersebut. Berbeda dengan dropship, disini seorang reseller memiliki stok barang yang ingin akan dijual kembali.
Berikut ini adalah perbedaan dropshipper dan reseller lainnya yang perlu kamu ketahui.
Reseller Punya Stok Barang, Dropshipper Tidak
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perbedaan reseller dan dropshipper bisa dilihat dari cara kerja mereka. Bisa dikatakan, reseller mirip dengan pedagang pada umumnya. Mereka harus membeli barang terlebih dahulu dari supplier atau distributor untuk stok. Setelah mendapatkan barang dengan jumlah tertentu, reseller baru menjualnya kepada konsumen.
Lain halnya dengan dropshipper, cara kerja dropshipper adalah dengan menawarkan barang ke konsumen terlebih dahulu. Dropshipper tidak perlu menyetok barang. Jika mendapatkan order, maka akan diteruskan ke supplier atau distributor. Nantinya supplier atau distributor yang menerima order ini yang akan mengirimkan barang ke konsumen.
Reseller Perlu Modal Lebih Besar Daripada Dropshipper
Perbedaan dropshipper dan reseller juga terletak pada modal yang digunakan. Seorang harus memiliki modal yang cukup untuk membeli dan menyetok barang. Sedangkan seorang dropshipper hanya bermodalkan pulsa atau kuota internet saja, bisa dibilang seorang dropshipper tidak memerlukan modal sama sekali.
Karena modal menjadi dropshipper terbilang kecil, maka modal usaha bisa didapat dari gadai barang berharga di Pegadaian. Barang berharga yang bisa digadaikan misalnya emas, perhiasan, hingga barang elektronik. Dengan gadai, kita bisa mendapat modal dan melunasinya sewaktu-waktu atau melakukan cicilan semampunya ketika sudah balik modal. Tapi, jangan lupa memperpanjang gadainya ya agar barang berharga tidak dilelang.
Reseller Bisa Memasarkan Produk Secara Langsung
Seorang reseller biasanya menawarkan barang secara langsung ke konsumen karena reseller memiliki stok barang yang ingin dijual. Sedangkan dropshipper tidak demikian. Karena dropshipper tidak memiliki stok barang, maka seorang dropshipper dapat mempromosikan produknya melalui media sosial, website, grup chat, dan sebagainya.
Dalam hal ini, reseller akan lebih unggul dibandingkan dropshipper karena mereka memiliki barang secara langsung yang bisa ditunjukkan ke konsumen. Selain itu, mereka juga dapat memberikan informasi jauh lebih detail terkait produk tersebut. Hal ini juga bisa berpengaruh terhadap komunikasi dan rasa kepercayaan yang dibangun ke konsumen.
Keuntungan Bisnis Online Reseller Lebih Banyak
Dalam hal keuntungan, seorang reseller memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan dropshipper. Hal ini karena mereka memperoleh harga yang kompetitif melalui pembelian jumlah banyak kepada supplier. Dengan ini, reseller bisa lebih leluasa untuk menjual barangnya dengan selisih harga yang lebih tinggi. Sehingga margin keuntungan yang diperolehnya pun semakin besar.
Sedangkan keuntungan dropshipper jauh lebih sedikit atau standar karena mereka tidak bisa mengatur margin penjualan.
Risiko Menjadi Reseller Juga Lebih Besar
Perbedaan antara dropshipper dan reseller bisa dilihat dari risikonya yang dihadapinya. Seorang reseller memiliki tingkat risiko kerugian lebih tinggi dibandingkan dropshipper karena mereka menyimpan stok barang. Apabila barangnya tidak laku terjual, maka reseller akan mengalami kerugian.
Sedangkan dropshipper tidak akan mengalami kerugian karena tidak menanggung risiko barang yang tidak laku.
Dari perbedaan-perbedaan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kelebihan menjadi reseller terletak pada keuntungannya, sementara dropshipper bisa terhindar dari banyak kerugian karena mereka bukanlah produsen, distributor maupun supplier utama.
Bagi kamu yang masih bingung menentukan apakah ingin menjadi reseller atau dropshipper, pastikan mengetahui tujuan kamu dalam memulai bisnis. Jika kamu hanya ingin mendapatkan penghasilan tambahan atau sebagai freelance, maka dropshipper bisa menjadi pilihan. Namun, apabila kamu benar-benar ingin membangun bisnis, maka bisa memulainya dengan menjadi reseller. Apakah kamu sudah terbayang akan menggeluti dropshipper atau reseller?