Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia dan Pengendaliannya

Perekonomian global yang tidak pasti bisa berdampak negatif pada tingkat inflasi di Indonesia. Inflasi sendiri merupakan kenaikan barang dan jasa secara terus menerus dalam periode tertentu.
Kenaikan harga nilai barang dan jasa yang meluas dapat memperburuk kondisi ekonomi dalam negeri. Untuk mencegah tingkat inflasi yang tinggi, Bank Indonesia (BI) menerapkan kebijakan guna mengendalikannya.
Masyarakat juga dapat memantau perkembangan inflasi di Indonesia melalui pemberitahuan resmi dari BI dengan data berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS).
Mari kenali apa saja yang perlu diketahui tentang inflasi di Indonesia untuk memutuskan upaya antisipasi risiko inflasi di masa depan.
Perkembangan Inflasi di Indonesia
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat inflasi di Indonesia adalah IHK yang mencakup 11 kelompok pengeluaran, yaitu:
- Makanan, minuman, dan tembakau.
- Pakaian dan alas kaki.
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
- Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga.
- Kesehatan.
- Transportasi.
- Pendidikan.
- Informasi, komunikasi, dan layanan keuangan.
- Penyediaan makanan dan minuman.
- Rekreasi, budaya, dan olahraga.
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Di awal tahun 2025, inflasi di Indonesia tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikut perbandingannya:
Inflasi umumnya disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti meningkatnya permintaan barang dan jasa melebihi stok yang tersedia.
Fenomena kelebihan permintaan ini bisa terjadi ketika masyarakat membeli barang dalam jumlah berlebihan secara bersamaan sehingga membuat pasokan barang dan jasa berkurang.
Inflasi juga bisa disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku, seperti gas alam, minyak bumi, dan komoditas pertanian.
Kenaikan bahan baku dapat berujung pada pelemahan sektor usaha dan membuat harga produk naik yang dapat membebani konsumen.
Agar pertumbuhan ekonomi bisa berkesinambungan, tingkat inflasi perlu dikendalikan sehingga bisa menjadi rendah dan stabil.
Sebaliknya, inflasi yang tinggi berisiko menurunkan pendapatan riil masyarakat yang dapat memperburuk kualitas hidup.
Di sisi bisnis, inflasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi kegiatan ekonomi, termasuk konsumsi, produksi, dan investasi.
Maka dari itu, kestabilan harga di pasar harus tetap dijaga agar sistem keuangan negara pun dapat tetap beroperasi tanpa ancaman isu ekonomi yang serius.
Baca juga: Cost Push Inflation: Penyebab, Contoh, & Cara Mengatasinya
Pengendalian Inflasi oleh Bank Indonesia
Bank Indonesia hanya merespons kenaikan inflasi atau tekanan harga dari permintaan agregat yang relatif terhadap kondisi penawaran.
Namun, inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor penawaran dan kejutan dari kategori Volatile Food dan Administered Prices yang mengambil sekitar 40% bobot IHK.
Faktor tersebut dapat membatasi kemampuan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi jika dihadapkan pada kejutan besar, seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di tahun 2005 dan 2008.
Laju inflasi yang dapat dipengaruhi oleh faktor kejutan tersebut mengharuskan Bank Indonesia untuk bekerja sama dengan pemerintah melalui kebijakan makroekonomi.
Sejak tahun 2005, koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia diwujudkan oleh Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat.
Peran TPI yang penting mendorong pembentukan TPI di tingkat daerah pada tahun 2008. Dengan keberadaan TPI pusat dan daerah, koordinasi untuk menanggulangi inflasi pun diharapkan dapat menjadi lebih baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Cara Mengantisipasi Dampak Inflasi
Meskipun tingkat inflasi masih berada dalam kategori yang aman, kenaikan harga bisa terjadi kapan saja di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Maka dari itu, sebaiknya siapkan rencana untuk mengantisipasi dampak inflasi mulai dari sekarang dengan menerapkan langkah-langkah berikut:
1. Memulai Side Hustling
Mengacu pada pergerakan inflasi 2025 di Indonesia, sahabat bisa mengantisipasi potensi yang paling buruk dengan menambah penghasilan.
Jika pendapatan dari satu pekerjaan belum cukup, maka side hustle bisa menjadi pilihan untuk menambah penghasilan secara kumulatif.
Pilihlah side hustle yang tidak memakan waktu dan bisa dilakukan secara fleksibel, seperti menulis konten atau mengambil foto secara profesional dengan metode freelance.
2. Menyediakan Dana Darurat
Salah satu metode pengelolaan keuangan yang bijak untuk mengantisipasi inflasi adalah dengan menyediakan dana darurat.
Alokasikan pendapatan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sesuai dengan proporsinya, namun jangan lupa menyediakan dana khusus yang dapat digunakan saat situasi tak terduga.
3. Mengendalikan Pengeluaran
Manajemen keuangan yang baik dapat membantumu menghadapi ancaman inflasi. Mulailah dengan mengendalikan pengeluaran dengan menyusunnya berdasarkan prioritas.
Untuk mengurangi pengeluaran, kamu bisa menggunakan prinsip kebutuhan dan keinginan. Barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan bisa dimasukkan ke dalam keinginan dan ditunda pembeliannya.
Sementara itu, pengeluaran yang penting bisa dialokasikan untuk kebutuhan pokok, seperti belanja bulanan dan biaya listrik.
4. Berinvestasi Emas
Inflasi membuat nilai mata uang menurun sehingga banyak orang beralih ke aset yang nilainya tetap stabil.
Emas menjadi aset pilihan karena nilainya tetap stabil, bahkan cenderung naik ketika situasi ekonomi tidak stabil.
Agar dapat mengantisipasi inflasi di Indonesia, kamu bisa memaksimalkan upaya untuk menabung emas di Pegadaian.
Bagi yang sudah familiar dengan Tabungan Emas di Pegadaian, pembelian awalnya bisa dilakukan minimal Rp10 ribuan saja.
Emas yang terkumpul akan disimpan dengan aman di Pegadaian. Jika ada kebutuhan, saldo Tabungan Emas bisa digadaikan kapan saja.
Jika ingin tahu berapa besar emas yang dapat ditabung dan rincian hitungannya, kamu bisa mencoba fitur Simulasi Tabungan Emas dari Pegadaian dulu.
Nah, sudah siap untuk mengantisipasi inflasi dengan investasi emas? Yuk, menabung emas secara rutin melalui Pegadaian Digital atau di kantor cabang Pegadaian!
Baca juga: Jenis-jenis Inflasi Berdasarkan Faktor-Faktor Tertentu
Artikel Lainnya

Keuangan
Latte Factor, Bikin Kamu Susah Nabung
Istilah Latte Factor ini mengacu pada belanja rutin namun sebenarnya tidak terlalu penting dan bisa ditiadakan. Tanpa disadari bisa jadi hanya untuk memuaskan keinginan impulsif

Keuangan
PDB (Produk Domestik Bruto): Komponen & Cara Menghitungnya
PDB adalah jumlah penghasilan dari seluruh jenis usaha di suatu negara setiap tahunnya. Mari kenali komponen, manfaat, dan cara menghitungnya di sini.

Keuangan
20+ Contoh Prinsip Ekonomi dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh prinsip ekonomi dapat ditemukan secara mudah melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Apa saja contohnya? Cari tahu selengkapnya di sini!