Mengenal Retensi: Pengertian, Contoh, dan Strateginya

Retensi adalah salah satu indikator yang menunjukkan kepuasan dan loyalitas, baik dari pelanggan yang terus menggunakan produk atau layanan, maupun dari karyawan yang merasa nyaman dan termotivasi untuk berkembang bersama perusahaan.
Melalui strategi retensi yang tepat, bisnis kamu dapat membangun fondasi yang lebih kuat untuk pertumbuhan dalam jangka panjang sekaligus meningkatkan penjualan.
Lantas, bagaimana cara meningkatkan retensi agar bisnis tetap stabil dan berkembang? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini!
Apa itu Retensi?
Istilah “retensi” sebenarnya sering digunakan dalam berbagai aspek. Secara umum menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti retensi adalah penyimpanan atau penahanan.
Jika dikerucutkan dalam aspek bisnis, retensi adalah upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mempertahankan loyalitas karyawan dan pelanggan dalam jangka panjang.
Dengan kata lain, retensi adalah kunci dalam mewujudkan stabilitas dan perkembangan yang berkelanjutan bagi suatu bisnis.
Retensi karyawan biasanya dilakukan oleh perusahaan terhadap staff terbaiknya. Mempertahankan karyawan yang berkualitas akan membantu perusahaan mencapai tujuan dan mengembangkan bisnis dengan optimal.
Baca juga: Jualan Belum Laku? Coba Strategi Pemasaran Berikut Ini!
Contoh Retensi
Contoh retensi yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan dan pelanggan memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan loyalitas.
Namun, strategi yang diterapkan untuk karyawan dan pelanggan tentu berbeda. Berikut adalah masing-masing penjelasan mengenai contoh retensi untuk karyawan dan pelanggan.
Contoh retensi karyawan:
- Memberikan ruang bagi karyawan untuk menyampaikan pendapatnya dan berinovasi agar produktivitasnya semakin meningkat.
- Melaksanakan kegiatan yang dapat mengenalkan karyawan lebih dalam mengenai perusahaan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap perusahaan.
- Memberikan tugas atau proyek yang menantang dengan kesempatan mendapatkan insentif untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan.
- Mengutamakan keterbukaan dan kepercayaan terhadap karyawan. Dengan begitu, karyawan pun akan percaya terhadap perusahaan.
- Memberikan kompensasi, bisa berupa bonus, asuransi kesehatan, atau dana pensiun kepada karyawan.
- Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan saling mendukung satu sama lain, seimbang antara personal dan profesional. Misalnya, membuat kebijakan yang lebih fleksibel tanpa lebih menguntungkan atau merugikan salah satu pihak.
Contoh retensi pelanggan:
- Menyediakan penawaran khusus bagi pelanggan setia yang telah lama berbelanja di perusahaan.
- Memberikan hadiah bagi pelanggan yang mencapai batas transaksi tertentu atau melakukan pembelian pertama di brand tersebut.
- Membangun program loyalitas dengan berbagai manfaat, seperti potongan harga atau voucher.
- Menyediakan layanan yang cepat tanggap, ramah, dan efektif.
- Memastikan kualitas produk dan layanan tetap terjaga dengan baik serta sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
- Menyampaikan informasi terbaru mengenai produk dan layanan melalui email, SMS, atau media sosial untuk menjaga interaksi dengan pelanggan.
Tujuan Retensi
Perusahaan melakukan retensi tentu bukan tanpa maksud apa pun. Secara umum, beberapa tujuan resensi adalah sebagai berikut.
1. Mempertahankan Loyalitas Karyawan dan Pelanggan
Salah satu tujuan utama retensi adalah mempertahankan loyalitas pelanggan dan karyawan.
Dengan mempertahankan karyawan yang berpengalaman, perusahaan dapat mengurangi tingkat turnover.
Selain itu, pelanggan yang terhubung secara emosional dengan perusahaan cenderung setia. Hal ini bisa membuat pendapatan perusahaan stabil dan terus meningkat.
2. Meningkatkan Produktivitas.
Retensi dapat meningkatkan produktivitas perusahaan karena karyawan yang lebih berpengalaman cenderung memahami lebih baik proses dan tugas perusahaan.
Di samping itu, kerja sama tim yang efektif dapat meningkatkan kolaborasi, komunikasi, dan koordinasi. Hal ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas perusahaan, tidak sekadar kualitas karyawan.
3. Menghemat Anggaran Keuangan
Berikutnya, tujuan retensi adalah membantu perusahaan menghemat banyak pengeluaran karena dapat mengurangi biaya untuk hal-hal seperti perekrutan karyawan, pemasaran, sekaligus memperoleh pelanggan baru.
Baca juga: 10 Cara Memulai Bisnis Online dari Nol Secara Strategis
Cara Menghitung Retensi
Guna mensukseskan upaya retensi, baik terhadap karyawan atau pelanggan, perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah biaya. Misalnya, pengeluaran untuk diskon, peningkatan pelayanan, program untuk karyawan, dan lain-lain.
Agar memiliki strategi yang tepat, penting untuk mengatur dan mengevaluasi pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, seperti bulanan, kuartal, atau tahunan.
Dengan begitu, upaya retensi berjalan lebih efisien. Berikut adalah cara untuk menghitung biaya retensi pelanggan:
Cara menghitung biaya retensi pelanggan:
Rata-Rata Biaya Retensi = Total Pengeluaran : Jumlah Pelanggan yang Aktif
Contoh: perusahaan A memiliki pelanggan aktif sebanyak 300 orang. Selama bulan Januari, perusahaan A melakukan pengeluaran sebesar Rp30 juta untuk kepentingan retensi pelanggan. Maka rata-rata biaya retensi pelanggan tersebut adalah:
Rata-Rata Biaya Retensi = Total Pengeluaran : Jumlah Pelanggan yang Aktif
Rata-Rata Biaya Retensi = 30.000.000 : 300
Rata-Rata Biaya Retensi = 100.000
Jadi, bisa disimpulkan bahwa rata-rata biaya retensi yang dikeluarkan oleh perusahaan A untuk setiap pelanggan adalah Rp100 ribu per pelanggan.
Sementara itu, untuk mengukur tingkat retensi karyawan, kamu bisa menggunakan rumus berikut ini:
Tingkat retensi karyawan = Jumlah karyawan yang bertahan di akhir masa perhitungan / Jumlah karyawan di awal masa perhitungan x 100%
Dalam perhitungan ini, semakin tinggi persentasenya, maka tingkat retensi karyawan perusahaan tersebut semakin baik.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa retensi adalah kunci keberlanjutan dan pertumbuhan usaha. Dengan mempertahankan pelanggan setia serta tim yang solid, bisnis dapat terus berkembang dan menghadapi persaingan dengan lebih kuat
Meski begitu, menciptakan strategi retensi yang berhasil, bagaimanapun, sering kali memerlukan investasi untuk meningkatkan kualitas layanan, pengembangan produk, serta kesejahteraan karyawan.
Solusi keuangan seperti Pinjaman Usaha dari Pegadaian bisa menjadi pilihan cerdas jika modal menjadi tantangan untuk mengembangkan bisnismu.
Proses pengajuan kredit yang mudah dan cepat serta cicilan tetap per bulan, kamu bisa mengembangkan bisnis dan usahamu secara efisien.
Pengajuan Pinjaman Usaha di Pegadaian bisa dilakukan secara langsung di kantor cabang Pegadaian terdekat.
Yuk, lengkapi persyaratannya dan dapatkan dana pinjaman untuk pengembangan usaha dari Pegadaian dengan mudah dan cepat!
Baca juga: 12 Contoh Strategi Pemasaran Produk Praktis yang Bisa Dicoba
Artikel Lainnya

Wirausaha
3 Macam Bisnis yang Cepat Balik Modal
Mungkin Anda termasuk yang bercita-cita memiliki usaha sendiri dan memimpikan bisnis yang cepat balik modal.

Wirausaha
5 Tips Sukses Menjadi Entrepreneur
Bagi generasi milenial, menjadi entrepreneur kini seolah menjelma sebagai cita-cita yang begitu trendi. Didukung kehadiran teknologi digital sebagai platform utama dalam pemasaran, remaja kreatif berusia belasan tahun pun dapat mendulang ratusan juta rupiah setiap bulannya. Tren menjadi seorang entrepreneur pun diperkirakan akan meningkat. Sifat bisnis yang sangat dinamis dan membuka lebar peluang beragam komoditas juga […]

Wirausaha
4 Syarat Mendirikan Usaha Kecil Mikro (UKM) yang Wajib Anda Ketahui
Nah, buat Anda yang juga punya rencana berbisnis dalam waktu dekat, berikut ada beberapa syarat mendirikan usaha kecil mikro yang tak boleh disepelekan, antara lain: