Supply Chain: Definisi, Sistem, Komponen, hingga Contohnya

Oleh Sahabat Pegadaian dalam Wirausaha

07 October 2025
Bagikan :
image detail artikel

Saat menjalankan dan mengelola bisnis, supply chain adalah salah satu instrumen yang wajib dipahami secara menyeluruh.

Hal ini karena supply chain (rantai pasok) menghubungkan antara perusahaan dengan supplier. Bahkan, supply chain dapat dikatakan sebagai jantung keberhasilan dari banyak bisnis. 

Ingin tahu lebih jauh mengenai supply chain, mulai dari pengertian, sistem, komponen, contoh, dan bedanya dengan supply chain management? Mari simak informasi lengkapnya di artikel ini.

Apa Itu Supply Chain?

Supply chain adalah sistem jaringan organisasi yang bekerja sama untuk menjembatani produk perusahaan, mulai dari proses produksi hingga distribusi atau sampai ke tangan konsumen.

Artinya, tugas supply chain adalah mengelola keseluruhan proses pergerakan barang, mulai dari bahan baku yang diolah menjadi produk jadi hingga ke tangan konsumen akhir.

Proses tersebut meliputi perencanaan, pengadaan bahan baku, produksi, manajemen inventori, penyimpanan, serta distribusi produk.

Supply chain ini tidak hanya melibatkan banyak kegiatan, tetapi juga pihak seperti perusahaan, produsen, vendor, distributor, pengangkut, gudang, transportasi, serta pengecer.

Setiap pihak dalam supply chain saling terkait sehingga potensi kelancaran dan risiko gangguan tentu bisa berpengaruh pada proses maupun pihak lainnya.

Berdasarkan fungsinya, supply chain dapat menunjang strategis kebijakan bisnis dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Identifikasi masalah distribusi dan penyelesaiannya.
  • Memahami iklim kompetisi di pasar sekitarnya.
  • Menemukan peluang target pasar baru.


Sementara itu, tujuan supply chain adalah sebagai penunjang jalannya kegiatan bisnis, yaitu sebagai berikut:

  • Mengoptimalkan profitabilitas.
  • Menyediakan produk ke pelanggan di waktu dan tempat yang tepat dengan harga kompetitif.
  • Meningkatkan kepuasan konsumen dan daya saing bisnis.
  • Memaksimalkan efektivitas dan efisiensi operasional bisnis.


Di samping mengatur alur fisik produksi, supply chain juga mencakup manajemen keuangan dan mengelola informasi yang berhubungan dengan proses tersebut.

Hal ini meliputi koordinasi kegiatan, komunikasi antarpihak, serta manajemen arus dana yang memungkinkan adanya identifikasi potensi masalah dan pengambilan langkah antisipasi.

Perbedaan Supply Chain dan Supply Chain Management

Supply chain sering kali dihubungkan dengan supply chain management (SCM). Pada dasarnya, kedua istilah tersebut tidaklah sama.

Supply chain adalah jaringan kompleks yang terdiri atas berbagai pihak di mana saling bekerja sama untuk memproduksi hingga mendistribusikan barang atau jasa ke konsumen akhir.

Sementara itu, supply chain management merupakan bagian dari manajemen bisnis yang terdiri atas serangkaian aktivitas untuk mengoptimalkan semua proses supply chain tersebut.

SCM melibatkan aktivitas perencanaan strategis, pengontrolan, serta pengoptimalan keseluruhan langkah yang terlibat di dalam produksi dan distribusi.

Jadi, bisa dikatakan bahwa manfaat supply chain management adalah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan produksi maupun distribusi secara efektif.

Dengan demikian, tercipta produk yang tidak hanya berkualitas tinggi, melainkan juga kompetitif dan tersalurkan secara tepat waktu.

Baca juga: Risiko Operasional: Pahami Penyebab, Contoh, & Manajemennya

Sistem Supply Chain

Sistem supply chain merupakan kerangka kerja yang mencakup koordinasi seluruh proses atau aktivitas untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang atau jasa.

Tujuannya adalah untuk memastikan setiap komponen bekerja secara efisien dan efektif. Berikut ini adalah sistem supply chain di dalam perusahaan:

1. Pengadaan Bahan Baku (Procurement)

Pengadaan bahan  baku penting untuk dilakukan demi memastikan kualitas suatu produk. Dalam proses pelaksanaannya, supply chain management sangat perlu diterapkan.

Hal ini memungkinkan proses pencarian dan pemilihan bahan baku berkualitas terbaik, tahan lama, serta sesuai target produksi sehingga produk mampu memenuhi ekspektasi konsumen.

2. Supplier

Secara umum, fokus supply chain adalah pada pengolahan dan distribusi bahan mentah menjadi bahan baku produksi untuk barang yang lebih besar.

Sebagai contoh, pemasok kain yang mengolah kapas menjadi lembaran kain dengan kualitas terbaik dan menjual hasil olahannya ke perusahaan-perusahaan konveksi secara grosir.

3. Pabrik

Bahan baku yang dibeli dari pemasok (supplier) kemudian akan masuk ke pabrik dan melalui proses pengecekan kualitas serta diolah oleh tenaga produksi hingga menjadi produk jadi.

Dalam sistem ini, supply chain lebih menitikberatkan pada kondisi kesehatan mesin produksi, efektivitas metode yang digunakan, kompetensi tenaga produksi, dan kelengkapan peralatan.

4. Distributor

Selanjutnya, barang jadi akan disalurkan melalui distributor. Sistem supply chain ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:

  • Terjalinnya komunikasi dengan distributor secara efektif.
  • Tersedia cukup agen untuk proses distribusi ke semua target pasar.
  • Menghubungkan produk dari produsen ke konsumen.

5. Retailer

Dalam supply chain, retailer merupakan pihak penjual produk atau layanan yang melakukan interaksi secara langsung dengan konsumen. 

Dengan demikian, perannya adalah menjadi perantara kebutuhan konsumen dan produk atau layanan yang tersedia. 

Retailer memiliki tanggung jawab untuk memastikan produk dalam kondisi baik, menatanya semenarik mungkin, dan memberi label harga.

6. Pelanggan

Tahapan akhir dalam sistem supply chain adalah pelanggan yang mengacu pada proses sampainya produk ke tangan konsumen akhir.

Untuk mendorong retensi pelanggan, meningkatkan permintaan, dan memastikan kelancaran siklus supply chain, maka pelaku usaha harus menjaga agar kualitas produk tidak menurun.

Komponen Supply Chain

Dalam praktiknya, supply chain memiliki beberapa komponen utama yang memegang peranan krusial. Berikut ini adalah komponen-komponen tersebut:

  • Supplier: Memiliki tanggung jawab untuk memasok/menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi.
  • Pabrik: Merupakan tempat kegiatan produksi dan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
  • Gudang: Berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku serta produk jadi sebelum disalurkan. Agar kekurangan atau kelebihan stok bisa dicegah, maka perlu diterapkan manajemen inventaris yang efisien.
  • Distributor: Bertugas dalam pengiriman/penyaluran produk jadi dari pabrik/gudang menuju ke pengecer atau konsumen secara langsung.
  • Pengecer: Merupakan ujung supply chain yang berinteraksi langsung dengan pelanggan/konsumen akhir. Perannya pun termasuk dalam melayani pelanggan dengan baik demi meningkatnya kepuasan sekaligus loyalitas konsumen.


Baca juga: 5 Tips Manajemen Keuangan Usaha

Contoh Supply Chain

Contoh supply chain bisa ditemukan di beragam industri, seperti fashion, makanan, minuman, kesehatan, agrikultur, dan lain-lain.

Contohnya, supply chain pada industri elektronik, tepatnya produk smartphone. Pada tahap awal, produsen smartphone harus melakukan tahap pengadaan bahan baku.

Dalam hal ini, bahan-bahan mentah yang dapat dikumpulkan meliputi plastik, logam, dan kaca dari berbagai supplier komponen.

Kemudian, bahan mentah tersebut akan diproses menjadi komponen elektronik, seperti layar, baterai, chip prosesor, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, komponen-komponen dikirim ke pabrik rakitan untuk diolah menjadi produk jadi. Namun, hasilnya tidak akan langsung dijual, tetapi diuji terlebih dahulu.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan pengemasan produk. Setelah itu, produk yang sudah jadi siap untuk didistribusikan ke pusat distribusi dan pengecer di seluruh dunia.

Demikian penjelasan mengenai apa itu supply chain, tujuan, sistem, komponen, contoh, beserta bedanya dengan supply chain management.

Semoga pemaparan informasi di atas dapat membantu kamu sebagai pelaku usaha memahami aspek-aspek yang berkontribusi dalam kesuksesan bisnis.

Selain memastikan manajemen bisnis terkelola dengan baik, bisnis pun memerlukan dukungan modal agar kegiatan operasional berjalan lancar.

Modal usaha tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya dengan Pinjaman Usaha dari Pegadaian yang menggunakan jaminan BPKB kendaraan.

Layanan ini cocok untuk pengembangan usaha individu maupun badan usaha. Nilai cicilan per bulan yang ditawarkan bersifat tetap. Bahkan, kendaraan yang dimiliki pun tetap bisa digunakan.

Pengajuan Pinjaman Usaha dapat diproses langsung di kantor cabang Pegadaian terdekat. Jangan lupa untuk memenuhi segala persyaratan agar permohonan transaksi berjalan tanpa kendala.

Dana pinjaman akan diserahkan dalam bentuk tunai maupun transfer jika kebutuhan kredit disetujui oleh tim Pegadaian.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, dapatkan dana untuk pengembangan usaha dengan jaminan BPKB kendaraan melalui Pinjaman Usaha di Pegadaian!

Baca juga: 12 Contoh Strategi Pemasaran Produk yang Efektif agar Bisnis Cepat Laris

Tinggalkan Komentar

Alamat email kamu tidak akan terlihat oleh pengunjung lain.
Komentar *
Nama*
Email*
logo

PT Pegadaian

Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Ikuti Media Sosial Kami

Pegadaian Call Center

1500 569

atau 021-80635162 & 021-8581162


Copyright © 2025 Sahabat Pegadaian. All Rights Reserved