Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya

Laju inflasi dalam suatu negara yang meningkat secara drastis hingga melebihi 50% dapat dikatakan sebagai hiperinflasi.
Kondisi ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara umum, terdapat beberapa cara mengatasi hiperinflasi yang bisa dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Apa sajakah cara-cara tersebut? Mari simak pemaparan informasinya secara komprehensif di artikel ini.
Penyebab Hiperinflasi
Perlu dipahami bahwa fenomena hiperinflasi tidak dapat terjadi begitu saja sebab terdapat faktor-faktor tertentu yang memicunya. Berikut merupakan beberapa penyebab hiperinflasi:
- Pencetakan uang yang berlebihan: Adanya defisit keuangan akibat pembangunan negara memicu pemerintah untuk melakukan pencetakan mata uang. Saat kondisi ini terjadi terus menerus dan tidak terkendali, hiperinflasi dapat terjadi.
- Kondisi politik tidak stabil: Terjadinya konflik internal maupun perang membuat pemerintah mengeluarkan banyak biaya. Hal ini menyebabkan aktivitas ekonomi terganggu hingga berisiko menimbulkan hiperinflasi.
- Struktural perekonomian tidak seimbang: Ketika kapasitas produksi maupun persaingan pasar berkurang, kekuatan struktural perekonomian pun menjadi tidak seimbang. Kondisi ini berdampak pada tekanan inflasi dan peningkatan harga.
- Krisis ekonomi global: Resesi global yang terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan pasar keuangan dan sektor riil di sejumlah negara jatuh. Hal tersebut berpotensi besar menyebabkan hiperinflasi.
Pernahkah Hiperinflasi Terjadi di Indonesia?
Berdasarkan sejarah, Indonesia pernah mengalami hiperinflasi yang terjadi di akhir orde lama, tepatnya pada 1963-1965. Tingkat inflasi pada periode tersebut mencapai angka 600%.
Terdapat beragam faktor penyebab hiperinflasi di Indonesia, seperti meluasnya gangguan politik, ketidaktepatan kebijakan moneter, serta menurunnya harga ekspor, terutama di komoditas utama (tambang dan karet).
Situasi ini menghambat pertumbuhan ekonomi meskipun jumlah peredaran uang semakin meningkat.
Akibatnya, laju inflasi melonjak drastis sehingga membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan nilai rupiah menurun.
Contoh hiperinflasi di Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi saat itu belum dilaksanakan secara terarah dan konsisten sehingga stabilitas ekonomi sulit dikelola maupun dipertahankan.
Baca juga: Cost Push Inflation: Penyebab, Contoh, & Cara Mengatasinya
Cara Mengatasi Hiperinflasi oleh Pemerintah
Hiperinflasi bukanlah situasi yang bisa dianggap remeh. Jika tidak ditangani dengan baik, perekonomian negara dapat terdampak secara keseluruhan.
Adapun beberapa cara mengatasi hiperinflasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah:
1. Menetapkan Harga Maksimum untuk Barang Tertentu
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi hiperinflasi adalah menetapkan harga maksimum bagi barang tertentu. Pasalnya, saat hiperinflasi terjadi harga barang cenderung mengalami peningkatan.
Hanya saja, harga yang ditetapkan harus tetap realistis agar tidak mendorong aktivitas transaksi di pasar gelap.
Langkah ini bertujuan untuk mengembalikan tingkat daya beli masyarakat agar menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
2. Kebijakan Moneter
Pemerintah dapat menerapkan kebijakan moneter untuk mengontrol laju inflasi. Melalui, kebijakan ekonomi ini, pemerintah bisa menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Langkah yang dapat diambil adalah memperketat persyaratan cadangan untuk bank dan menaikkan suku bunga. Harapannya, kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
3. Menghemat Pengeluaran Pemerintah
Penghematan pengeluaran pemerintah dapat dimulai dengan membatasi jumlah anggaran dana untuk barang atau jasa yang tidak diperlukan.
Saat pengeluaran pemerintah berkurang, tingkat permintaan pasar terhadap barang dan jasa mengalami penurunan. Kondisi ini dapat membuat harga pasar menjadi lebih stabil.
4. Meningkatkan Tarif Pajak
Hiperinflasi membuat harga barang dan jasa melonjak. Peningkatan tarif pajak pada masyarakat bisa menjadi salah satu cara mengatasi hiperinflasi oleh pemerintah yang efektif.
Saat tarif pajak naik, tingkat konsumsi perusahaan maupun rumah tangga akan berkurang, terutama untuk hal-hal yang tidak penting. Hal ini bisa membantu menurunkan harga barang maupun jasa di pasaran.
5. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Demi menstabilkan kondisi perekonomian, jumlah peredaran uang di masyarakat harus dikontrol. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kebijakan operasi pasar terbuka.
Bank sentral biasanya akan menjual surat-surat berharga, seperti SPBU (Surat Berharga Pasar Uang) dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) di pasar uang.
Uang yang digunakan oleh masyarakat untuk membeli surat-surat berharga tersebut kemudian masuk ke kas bank sentral. Alhasil, peredaran uang yang berlebihan sedikit demi sedikit akan berkurang.
Baca juga: Inflasi Hijau: Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Cara Menghadapi Hiperinflasi Bagi Masyarakat
Selain upaya dari pemerintah, masyarakat pun dapat berpartisipasi untuk mengatasi hiperinflasi agar keamanan finansial dan standar hidup tetap terjaga. Adapun cara menghadapi hiperinflasi bagi masyarakat adalah:
1. Diversifikasi Aset
Jangan lupa melakukan diversifikasi investasi ke beberapa aset yang aman terhadap inflasi. Langkah ini dapat membantu melindungi kekayaan sekaligus meminimalkan risiko kerugian.
2. Menabung Mata Uang Asing
Saat mata uang lokal mengalami penyusutan akibat hiperinflasi, maka konversikan tabungan ke mata uang asing karena nilainya cenderung lebih stabil.
Dengan menyimpan tabungan dalam mata uang asing, kamu dapat melindungi tabungan agar tidak kehilangan nilainya.
3. Mempunyai Rencana Cadangan
Sebaiknya, lakukan perencanaan finansial secara matang dan terstruktur. Mulai sisihkan gaji bulanan untuk menyiapkan dana darurat. Dengan dana tersebut, kamu lebih siap menghadapi hiperinflasi.
4. Hindari Berutang
Ketika hiperinflasi terjadi, lebih baik hindari berutang karena nilai mata uang semakin menyusut. Utang yang jumlahnya kecil berpotensi membesar di masa depan. Beban cicilan pun akan menjadi lebih berat sehingga pembayaran menjadi sulit dipenuhi.
5. Investasi Emas
Untuk mengantisipasi hiperinflasi, sebaiknya pilihlah instrumen investasi secara bijak. Salah satu instrumen yang direkomendasikan adalah emas.
Dengan berinvestasi emas, kamu dapat melindungi nilai aset di tengah laju inflasi. Pasalnya, emas termasuk safe haven yang tahan terhadap inflasi.
Investasi emas dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Agar praktis, kamu bisa mengalokasikan dana untuk berinvestasi emas di Pegadaian melalui Tabungan Emas.
Layanan ini memberikan jaminan emas senilai 24 karat. Pembelian awalnya minimal hanya Rp10 ribuan saja.
Untuk pendaftaran rekening, siapkan kartu identitas resmi yang masih berlaku dan lengkapi formulir pembukaan rekening Tabungan Emas.
Baik pendaftaran dan berbagai transaksi Tabungan Emas bisa diproses di kantor cabang Pegadaian terdekat secara langsung atau melalui aplikasi Pegadaian Digital.
Nantinya, saldo Tabungan Emas bisa dicairkan kembali, dikirimkan ke sesama pemilik Tabungan Emas, atau dicetak menjadi emas fisik.
Apabila ingin mengetahui berapa gramasi emas yang bisa dibeli, kamu bisa menggunakan fitur Simulasi Tabungan Emas dari Pegadaian.
Jadi, tertarik untuk mencoba? Yuk, antisipasi ancaman hiperinflasi dengan menabung emas di Pegadaian sekarang juga!
Baca juga: Cara Menghitung Laju Inflasi Beserta Rumusnya
Artikel Lainnya

Keuangan
Apa Itu Force Majeure? Ini Jenis, Dasar Hukum, & Contohnya
Force majeure adalah kondisi saat salah atau pihak gagal memenuhi kewajibannya ke pihak lain sebab kejadian tidak terduga. Ketahui lebih jauh di sini!

Keuangan
9 Cara Menabung untuk Beli Mobil. Smart dan Praktis!
Mengendarai mobil impian bukanlah sekedar mimpi. Inilah cara menabung untuk beli mobil impian dengan memanfaatkan gaji bulanan dan investasi emas!

Keuangan
Utang Wesel: Pengertian, Karakteristik, Jenis, & Contohnya
Utang wesel adalah pinjaman yang tercatat di neraca perusahaan dengan masa waktu pelunasan tertentu. Pelajari lebih dalam terkait utang wesel di artikel ini!