Apa itu Resesi? Penyebab, Dampak, Tanda, dan Cara Mengatasi

Oleh writerselsi dalam Keuangan

03 December 2024
Bagikan :
image detail artikel

Resesi adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang dinilai dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, peningkatan pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Salah satu contoh terjadinya resesi adalah ketika dunia menghadapi pandemi Covid-19 yang melemahkan kondisi ekonomi sejumlah negara.

Resesi dapat berdampak pada banyak aspek kehidupan, mulai dari tingkat kemiskinan, kesehatan mental, sampai stabilitas sosial.

Oleh karena itu, penting untuk memahami tanda-tanda resesi dan bagaimana cara menyikapinya. Mari simak pembahasan lengkapnya di ulasan berikut ini.

Pengertian Resesi

Resesi adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan secara signifikan selama periode waktu yang cukup lama.

Tolok ukurnya biasanya dinilai dari penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. 

Penurunan ini mencerminkan menurunnya aktivitas ekonomi dari berbagai sektor, seperti industri, perdagangan, investasi, dan konsumsi rumah tangga.

Dalam kondisi resesi, terjadi penurunan produksi barang dan jasa yang disertai dengan peningkatan pengangguran serta melemahnya daya beli masyarakat. 

Penyebab Resesi

Terdapat berbagai faktor yang dapat menjadi penyebab resesi dan biasanya berasal dari ketidakseimbangan dalam perekonomian. Berikut penjelasannya: 

Inflasi

Tingginya tingkat inflasi menjadi salah satu penyebab utama resesi. Ketika harga barang dan jasa meningkat secara terus-menerus, daya beli konsumen menurun karena pendapatan mereka tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan. 

Pada akhirnya, permintaan terhadap produk dan jasa menurun yang menyebabkan perusahaan mengurangi produksi dan mulai memberhentikan pekerja.

Pengangguran

Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan, daya beli masyarakat juga akan berkurang. Kondisi ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa. 

Meningkatnya jumlah pengangguran membuat perusahaan berhati-hati dalam mengembangkan bisnisnya untuk mengantisipasi penurunan konsumsi masyarakat. 

Defisit Anggaran

Defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran pemerintah melebihi pendapatan yang dapat memicu resesi.

Jika dibiarkan terus berlanjut, pemerintah akan kesulitan dalam membiayai program-program yang sedang dijalankan, mendorong pengajuan utang luar negeri dengan suku bunga tinggi, dan memicu inflasi. 

Permintaan Menurun

Penurunan permintaan konsumen di pasar dapat menjadi salah satu penyebab utama terjadinya resesi.

Ketika konsumen menunda pembelian atau berkurangnya daya beli karena faktor-faktor seperti inflasi atau pengangguran, perusahaan akan mengalami penurunan penjualan.

Baca juga: Cara Menghitung Laju Inflasi Beserta Rumusnya

Tanda Terjadinya Resesi

Beberapa tanda-tanda resesi dapat terlihat dari penurunan aktivitas ekonomi hingga perubahan dalam berbagai indikator ekonomi makro. Berikut penjelasannya:

Aktivitas Ekonomi Menurun

Salah satu tanda utama terjadinya resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Hal ini terlihat dari turunnya tingkat produksi industri, berkurangnya aktivitas perdagangan, serta penurunan tingkat investasi.

Berkurangnya Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga yang menurun juga merupakan tanda awal terjadinya resesi. Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji, maka daya beli masyarakat juga akan menurun. 

Tingkat GDP atau PDB Menurun

Penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah indikator paling jelas dari resesi.

GDP sebuah negara yang turun selama dua kuartal berturut-turut menunjukkan bahwa perekonomian sedang mengalami gejolak. 

Penurunan GDP mencerminkan melemahnya semua aspek ekonomi, termasuk konsumsi, investasi, dan perdagangan. 

Jumlah Lapangan Pekerjaan Semakin Sedikit

Ketika perusahaan mengalami penurunan permintaan, mereka biasanya merespons dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Akibatnya, tingkat pengangguran meningkat secara signifikan. Semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin sulit untuk memperbaiki kondisi ekonomi karena konsumen tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk membelanjakan uang mereka.

Penurunan Harga Aset

Resesi juga sering ditandai dengan penurunan harga aset, seperti properti dan saham. Ketika kepercayaan investor menurun, mereka cenderung menarik dananya dari pasar saham dan real estate yang menyebabkan harganya juga turun. 

Dampak Resesi

Dampak resesi dapat dirasakan secara luas, baik dalam skala nasional maupun pada level individu. Beberapa dampak resesi adalah sebagai berikut:

Jumlah Pengangguran Meningkat

Peningkatan pengangguran adalah salah satu dampak paling signifikan selama resesi. Banyak perusahaan harus mengurangi jumlah karyawannya untuk menghemat biaya operasional.

Alhasil, lonjakan pengangguran pun terjadi dan menyebabkan banyak masyarakat kehilangan sumber penghasilan.

Angka Kemiskinan Tinggi

Resesi juga mendorong kenaikan angka kemiskinan. Ketika tingkat pengangguran meningkat dan pendapatan rumah tangga menurun, banyak orang jatuh ke dalam garis kemiskinan. 

Penurunan daya beli dan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan semakin sulit dipenuhi yang memperparah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Menurunnya Pendapatan

Pendapatan individu maupun perusahaan cenderung menurun selama resesi. Banyak bisnis mengalami penurunan permintaan dan harus menurunkan harga produknya atau menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik konsumen.

Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan secara signifikan dan memperburuk kondisi keuangan rumah tangga serta perusahaan.

Dampak Sosial dan Psikologis

Selain dampak ekonomi, resesi juga memiliki dampak sosial dan psikologis. Pengangguran yang meningkat dan ketidakpastian ekonomi dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.

Banyak orang yang kehilangan pekerjaan merasa kehilangan arah hidup yang berdampak pada kesehatan mental mereka. 

Penurunan Minat Investasi

Selama resesi, minat investasi cenderung menurun karena investor menjadi lebih berhati-hati terhadap ketidakpastian ekonomi.

Investor lebih memilih menahan diri untuk menginvestasikan dana dalam proyek atau bisnis baru karena risiko kerugian yang lebih tinggi. 

Baca juga: Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi yang Perlu Diketahui

Cara Mengatasi Resesi

Untuk mengatasi resesi, diperlukan berbagai kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi dan memperbaiki kondisi finansial. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Stimulus Ekonomi

Salah satu cara efektif untuk mengatasi resesi adalah dengan memberikan stimulus ekonomi. Pemerintah dapat menggelontorkan dana untuk meningkatkan pengeluaran publik, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Kebijakan Fiskal

Pemerintah dapat mengadopsi kebijakan fiskal ekspansif untuk mendorong perekonomian. Kebijakan ini mencakup peningkatan pengeluaran pemerintah dan penurunan pajak untuk meningkatkan konsumsi dan investasi.

Reformasi Ekonomi

Reformasi ekonomi adalah langkah jangka panjang untuk mengatasi resesi yang melibatkan restrukturisasi sektor-sektor kunci dalam ekonomi, seperti industri, pertanian, dan jasa untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat membantu memitigasi dampak resesi dengan menurunkan suku bunga dan meningkatkan likuiditas di pasar. Bank sentral dapat menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pinjaman dan investasi. 

Peningkatan Perdagangan Internasional

Menggalakkan perdagangan internasional juga dapat membantu negara keluar dari resesi. Dengan membuka pasar ekspor dan impor, negara dapat memperoleh sumber pendapatan baru dan meningkatkan daya saing industri lokal di pasar global. 

Demikian penjelasan lengkap tentang resesi beserta dampaknya yang dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan.

Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, mengamankan aset menjadi salah satu cara untuk melindungi nilainya.

Sahabat bisa memanfaatkan Tabungan Emas di Pegadaian untuk menyimpan dana dalam bentuk emas. Mengapa emas alih-alih instrumen investasi lainnya?

Emas adalah aset yang dapat mempertahankan nilainya di tengah ketidakstabilan ekonomi, seperti resesi maupun inflasi. 

Di saat aset lainnya mengalam penurunan nilai, harga emas saat resesi cenderung naik karena jumlahnya yang terbatas di pasar.

Pada saat resesi berakhir, investor dapat melindungi nilai asetnya sekaligus memperoleh keuntungan dari kenaikan harga emas.

Tabungan Emas di Pegadaian juga menawarkan sejumlah keuntungan, seperti jaminan emas 24 karat, biaya pengelolaan terjangkau, dan proses pencairan yang mudah.

Cukup dengan modal Rp10 ribu, sahabat sudah bisa membuka rekening tabungan emas di Pegadaian. 

Menarik, bukan? Mari buka tabungan emas di Pegadaian untuk melindungi nilai aset di tengah ketidakstabilan ekonomi.

Baca juga: Menabung Dollar atau Emas, Mana yang Lebih Menguntungkan?

Tinggalkan Komentar

Alamat email kamu tidak akan terlihat oleh pengunjung lain.
Komentar *
Nama*
Email*
logo

PT Pegadaian

Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Ikuti Media Sosial Kami

Pegadaian Call Center

1500 569

atau 021-80635162 & 021-8581162


Copyright © 2024 Sahabat Pegadaian. All Rights Reserved