Financial Distress: Penyebab, Indikator, dan Cara Mengukurnya

Oleh writerselsi dalam Wirausaha

03 December 2024
Bagikan :
image detail artikel

Financial distress adalah kondisi yang menggambarkan adanya penurunan performa perusahaan dari segi finansialnya.

Kondisi ini berpengaruh signifikan pada kegiatan operasional bisnis secara keseluruhan. Jika tidak segera diatasi, financial distress dapat menyebabkan kebangkrutan bisnis.

Meskipun fase naik turun dalam sebuah bisnis adalah hal wajar, financial distress tetap perlu diwaspadai. Financial distress bisa disebabkan oleh perencanaan bisnis yang kurang baik.

Untuk membantu mencegah munculnya kondisi tersebut dalam bisnis, mari simak penjelasan apa saja jenis-jenis dan indikator financial distress berikut ini.

Apa Itu Financial Distress?

Financial distress adalah kondisi di mana sebuah perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban finansialnya secara tepat waktu.

Kondisi tersebut sering terjadi ketika arus kas perusahaan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional, pembayaran utang, atau kewajiban lainnya. 

Penyebab financial distress berasal dari berbagai faktor, seperti penurunan pendapatan secara signifikan, manajemen keuangan tidak efektif, atau perubahan kondisi pasar yang memengaruhi permintaan produk atau jasa perusahaan.

Selain berisiko menyebabkan kebangkrutan, kondisi ini juga dapat mengganggu kegiatan operasional bisnis.

Perusahaan biasanya akan menunda investasi, pembayaran kepada pemasok, atau bahkan memotong biaya secara besar-besaran yang dapat berdampak negatif pada produktivitas dan reputasinya. 

Penyebab Financial Distress

Financial distress tidak muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil dari serangkaian masalah yang menumpuk dalam bisnis. Beberapa faktor yang sering menjadi penyebab financial distress adalah:

Masalah pada Arus Kas

Ketidakmampuan perusahaan untuk menjaga arus kas positif bisa menyebabkan penurunan kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akhirnya memicu terjadinya financial distress.

Struktur Modal Terlalu Berisiko

Mengandalkan terlalu banyak utang tanpa mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk melunasi dapat menyebabkan financial distress, terutama jika pendapatan tidak cukup untuk menutupi pembayaran bunga dan pokok utang.

Perencanaan Bisnis Kurang Matang

Perencanaan yang tidak realistis atau kurang matang berisiko menghasilkan keputusan tidak efisien yang pada akhirnya bisa mengarah pada masalah finansial.

Kerugian Secara Operasional

Kerugian yang terjadi secara terus-menerus dalam kegiatan operasional akan menggerus modal perusahaan dan memicu financial distress jika tidak segera diatasi.

Baca juga: Analisis Rasio Keuangan: Kenali Jenis, Fungsi, dan Metodenya

Indikator Financial Distress

Dengan mengidentifikasi indikator financial distress, perusahaan dapat mengambil tindakan pencegahan lebih awal sebelum kondisi memburuk. Berikut beberapa indikatornya:

Kategori A

Kategori A adalah situasi serius dan hampir pasti mengarah pada kebangkrutan perusahaan. Contoh dari indikator ini seperti kebakaran, wanprestasi (gagal memenuhi kewajiban kontrak), atau pelanggaran hukum berat. 

Kondisi-kondisi ini membutuhkan tindakan segera dan sering kali memerlukan intervensi legal dari pengacara untuk membantu perusahaan mengatasi masalah berbahaya ini.

Kategori B

Adapun dalam kategori B, financial distress terjadi ketika perusahaan mengalami kerugian terus menerus karena faktor krusial seperti krisis ekonomi, kekurangan pendanaan, atau kegagalan memenuhi ekspektasi para investor. 

Kondisi ini tidak langsung menyebabkan kebangkrutan, tetapi jika dibiarkan, dampaknya bisa menjadi serius.

Langkah untuk mengatasi kondisi ini adalah menjual aset yang tidak terlalu penting atau mengurangi biaya operasional untuk memperbaiki kondisi keuangan.

Kategori C

Pada kategori C, financial distress disebabkan oleh masalah internal perusahaan, seperti strategi bisnis yang tidak efektif, masalah penagihan piutang, atau kerusakan pada fasilitas atau peralatan penting. 

Situasi ini mungkin tidak langsung mengancam keberlangsungan perusahaan, tetapi tetap membutuhkan penanganan segera.

Kategori D

Indikator financial distress terendah masuk dalam kategori D, yaitu kondisi yang menyebabkan inefisiensi atau kerugian kecil.

Kejadian-kejadian tersebut mungkin tampak sepele, seperti masalah administrasi atau prosedural, tetapi jika terus dibiarkan dapat memicu masalah yang lebih besar. 

Jenis-Jenis Financial Distress

Financial distress dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan penyebab dan dampaknya pada perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis financial distress:

Business Failure

Business failure terjadi ketika sebuah perusahaan tidak dapat mencapai target finansial atau operasional yang telah ditetapkan.

Gagalnya suatu bisnis bisa disebabkan oleh strategi yang kurang tepat, kegagalan pemasaran, atau lambat dalam menciptakan inovasi

Economic Failure

Economic failure menggambarkan kondisi ketika biaya produksi dan operasional perusahaan melebihi pendapatan yang dihasilkan.

Akibatnya, perusahaan tidak mampu menghasilkan laba cukup untuk bertahan dan berisiko mengalami kerugian jangka panjang yang mengganggu keberlanjutan bisnis.

Legal Failure

Legal failure terjadi ketika perusahaan gagal memenuhi kewajiban hukumnya, seperti membayar utang yang telah jatuh tempo.

Hal tersebut dapat menyebabkan tindakan hukum dari kreditur yang bisa berujung pada likuidasi atau pembubaran perusahaan secara hukum.

Bankruptcy Failure

Bankruptcy failure adalah kondisi di mana perusahaan tidak lagi mampu membayar utang dan biaya operasionalnya sehingga harus mengajukan kebangkrutan. Dalam banyak kasus, perusahaan akan dipaksa menjual aset-asetnya untuk melunasi utang.

Technical Insolvency

Technical insolvency terjadi ketika perusahaan memiliki aset yang cukup untuk melunasi utang, tetapi tidak memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kondisi ini biasanya menjadi tanda financial distress yang harus segera ditangani.

Baca juga: Income Statement: Arti, Unsur, Jenis, Fungsi, & Cara Buatnya

Cara Mencegah Financial Distress

Mencegah financial distress memerlukan perencanaan yang matang dan disiplin dalam mengelola keuangan. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa diterapkan: 

Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran

Mengelola keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran merupakan langkah penting untuk memastikan bisnis tetap likuid.

Perusahaan harus memastikan bahwa arus kas selalu positif dengan memantau pemasukan dari penjualan dan pembayaran utang secara berkala.

Merencanakan Strategi untuk Menghadapi Kondisi Terburuk

Perusahaan perlu memiliki rencana kontingensi untuk menghadapi skenario terburuk, seperti penurunan pendapatan drastis atau krisis ekonomi. Strategi ini dapat berupa penyusunan dana darurat atau pengurangan biaya operasional untuk bertahan.

Fokus pada Likuiditas Bisnis

Memastikan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek adalah kunci mencegah financial distress.

Strategi ini dapat dilakukan dengan menjaga rasio utang terhadap ekuitas tetap sehat dan tidak terlalu bergantung pada pembiayaan eksternal.

Menerapkan Batas Pemberian Utang Dagang

Memberikan utang dagang yang tidak terkendali dapat menyebabkan masalah likuiditas di kemudian hari.

Perusahaan perlu menetapkan batas yang jelas dan realistis dalam memberikan kredit kepada pelanggan untuk menghindari masalah arus kas.

Menggunakan Asuransi untuk Kondisi Tak Terduga

Menggunakan asuransi dapat melindungi perusahaan dari kerugian akibat risiko yang tidak terduga, seperti bencana alam, kebakaran, atau gangguan lainnya.

Dengan demikian, perusahaan dapat memitigasi potensi kerugian yang dapat memicu financial distress.

Rumus Financial Distress

Rumus financial distress membantu perusahaan dan analis keuangan memprediksi kemungkinan kebangkrutan berdasarkan berbagai rasio keuangan. Berikut adalah beberapa metode yang paling sering digunakan:

Altman Z-Score

Altman Z-Score adalah salah satu metode yang populer dan efektif untuk memprediksi risiko kebangkrutan perusahaan.

Rumus di bawah ini menggabungkan beberapa rasio keuangan untuk menghasilkan skor yang mencerminkan kesehatan finansial perusahaan. Berikut penjabarannya:

Z - Score = 1.2A + 1.4B + 3.3C + 0.6D + 1.0E



Keterangan:

  • A = Modal Kerja dibagi Total Aset
  • B = Laba Ditahan dibagi Total Aset
  • C = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) dibagi Total Aset
  • D = Nilai Pasar Ekuitas dibagi Total Kewajiban
  • E = Penjualan dibagi Total Aset


Interpretasi dari skor ini adalah:

  • Z-Score lebih dari 3 menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang aman.
  • Z-Score di bawah 1.81 menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress yang serius dan berpotensi bangkrut.
  • Z-Score antara 1.81 hingga 3 menandakan adanya risiko financial distress yang harus diwaspadai.


Metode Springate

Selain Altman Z-Score, metode Springate juga digunakan untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan sebuah perusahaan.

Rumus Springate fokus pada sejumlah rasio keuangan yang serupa, dan perhitungannya adalah sebagai berikut:

S = 1,03A + 3,07B +1,66C + 0,4D


Keterangan:

  • A = Modal Kerja dibagi Total Aset
  • B = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) dibagi Total Aset
  • C = EBIT dibagi Kewajiban Lancar
  • D = Penjualan dibagi Total Aset


Hasil interpretasi dari metode Springate adalah:

  • Jika skor S kurang dari 0.862, perusahaan berpotensi mengalami kesulitan keuangan dan risiko kebangkrutan.
  • Jika skor S lebih dari 0.862, perusahaan dianggap berada dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak berisiko mengalami financial distress.


Demikian penjelasan lengkap terkait financial distress yang rentan terjadi pada bisnis apa pun, baik skala kecil maupun besar.

Selain beberapa cara pencegahan di atas, terus berinovasi adalah kunci mempertahankan eksistensi bisnis di pasar.

Dengan begitu, perusahaan dapat bertahan di tengah dinamika pasar dan permintaan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut, bisnis membutuhkan pasokan yang mencukupi.

Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan dana bisnis adalah Pinjaman Usaha dari Pegadaian. 

Proses pengajuan kredit di Pegadaian bisa dilakukan dengan mudah dan menggunakan jaminan BPKB kendaraan. 

Cicilan pun bersifat tetap setiap bulannya dan kendaraan yang dijadikan jaminan tetap bisa digunakan. Tersedia pula berbagai fitur pembayaran untuk memudahkan proses pelunasan.

Menarik bukan? Mari manfaatkan layanan Pinjaman Usaha dari Pegadaian sebagai solusi memenuhi kebutuhan dana untuk bisnismu.

Baca juga: 10 Cara Meningkatkan Penjualan untuk Bisnis yang Lebih Maju


image detail artikel

Wirausaha

Apa Saja Usaha yang Masih Jarang tapi Menguntungkan?

Tahun baru, resolusi baru, dan usaha baru. Kalau Anda ingin memulai usaha yang mampu memberikan keuntungan berlipat, coba jangan ikut-ikutan. Misal ada teman bikin usaha kuliner mi pedas, Anda jangan ikut-ikutan karena pesaingnya sangat banyak. Kalau branding produk yang Anda lakukan kurang baik, usaha bisa saja bangkrut dengan cepat. Jadi, coba buat usaha yang belum […]

03 December 2024
image detail artikel

Inspirasi

5 Sektor Industri yang Paling Terdampak Akibat Virus Corona

Pandemi yang terjadi saat ini membuat berbagai sektor industri kewalahan. Baca yuk, sektor industri apa saja yang terdampak.

03 December 2024
image detail artikel

Wirausaha

5 Ide Jajanan Sekolah Sehat dan Murah untuk Usaha Kuliner

Anak sekolah adalah salah satu target empuk untuk memasarkan usaha kuliner, karena meski sudah dibekali dari rumah, sebagian besar dari mereka masih mengeluarkan uang jajan untuk menambah porsi camilannya. Nah, bagi yang tertarik membuat jajanan sekolahan, alangkah baiknya jika Anda membuat camilan spesial dan berbeda dengan kebanyakan jajanan sekolah yang sudah ada. Pastikan jajanan tersebut […]

03 December 2024

Tinggalkan Komentar

Alamat email kamu tidak akan terlihat oleh pengunjung lain.
Komentar *
Nama*
Email*
logo

PT Pegadaian

Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Ikuti Media Sosial Kami

Pegadaian Call Center

1500 569

atau 021-80635162 & 021-8581162


Copyright © 2024 Sahabat Pegadaian. All Rights Reserved