Kurs: Definisi, Jenis, dan Faktor yang Memengaruhinya

Kurs adalah istilah yang mengacu pada nilai mata uang dari suatu negara. Nilai ini kemudian dinyatakan atau diukur dalam mata uang dari negara lain.
Oleh karena itu, kurs cukup familiar dan kerap kali ditemukan dalam kegiatan penukaran uang. Misalnya, nilai tukar rupiah dengan mata uang dari Jepang yen dan begitu pula sebaliknya.
Untuk memahami lebih dalam mengenai apa itu kurs, jenis, hingga contohnya, mari simak pembahasan berikut ini.
Apa Itu Kurs?
Kurs adalah nilai atau harga tukar di antara dua mata uang yang berbeda. Kurs pun bisa diartikan sebagai perbandingan harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Penukaran mata uang ini biasanya dimanfaatkan ketika seseorang akan melakukan kunjungan luar negeri, berdagang, ataupun berinvestasi. Bagi pelancong, penukaran rupiah dengan uang dari negara yang dituju merupakan upaya pemenuhan alat pembayaran.
Oleh karena itu, peranan kurs dinilai penting dalam transaksi, seperti pada kegiatan di pasar valuta asing (forex) yang melibatkan dua mata uang asing.
Dalam konteks lain, kurs juga penting untuk diterapkan pada aktivitas impor dan ekspor sebab mampu menerjemahkan berbagai harga dengan mata uang asing dari negara lain.
Terdapat dua perubahan yang bisa terjadi pada kurs, yaitu apresiasi dan depresiasi. Apresiasi merujuk pada kenaikan mata uang terhadap mata uang asing lainnya.
Penyebabnya adalah karena terdapat daya tarik sangat kuat antara penawaran dan permintaan di pasar forex. Saat apresiasi terjadi, ekspor menjadi lebih mahal daripada impor.
Di sisi lain, depresiasi adalah kebalikan dari apresiasi. Artinya, suatu penurunan pada nilai mata uang lokal terhadap mata uang asing dari negara lain. Situasi ini membuat impor lebih mahal.
Jenis-Jenis Kurs
Secara umum, terdapat tiga jenis kurs yang umum dikenal. Adapun jenis-jenis kurs adalah sebagai berikut.
Kurs Jual
Jenis kurs ini digunakan oleh money changer (tempat penukaran uang di pihak lembaga keuangan atau pedagang valas) untuk menukarkan rupiah ke mata uang asing.
Kurs jual dikenal juga sebagai harga jual mata uang asing. Misalnya, kamu ingin pergi ke Jepang, maka diharuskan menggunakan kurs jual untuk menukar rupiah ke yen.
Kurs Beli
Kurs beli merupakan jenis kurs yang digunakan ketika hendak menukarkan uang asing dengan rupiah atau membeli mata uang asing.
Penukaran bisa dilakukan di pihak bank, money changer, atau penjual mata uang asing. Jika ingin melakukan penukaran dari 100 EUR ke rupiah, maka harus menggunakan kurs beli.
Kurs Tengah
Jenis kurs ini memiliki tingkatan yang ada di antara kurs jual dan beli. Kurs tengah diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai dari kurs jual dan beli. Setelah itu, hasilnya akan dibagi menjadi dua.
Biasanya, kurs tengah tidak dipakai dalam transaksi secara langsung. Kurs ini umumnya digunakan untuk keperluan internal bank atau pelaporan.
Baca juga: 10 Negara dengan Mata Uang Tertinggi di Dunia, Ini Urutannya!
Faktor yang Memengaruhi Kurs
Pada dasarnya, nilai kurs dapat mengalami fluktuasi. Hal ini bisa terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu. Adapun beberapa faktor yang memengaruhi kurs adalah sebagai berikut:
1. Inflasi
Ketika inflasi suatu negara tinggi, maka harga produk akan meningkat secara otomatis. Ini menyebabkan tingkat permintaan berkurang sehingga ekspor pun menurun.
Akibatnya, nilai tukar valuta lokal pun mengalami depresiasi. Hal ini berlaku sebaliknya jika tingkat inflasi yang terjadi di suatu negara tergolong rendah.
2. Perbedaan Suku Bunga
Faktor yang memengaruhi kurs berikutnya, yakni perbedaan suku bunga. Saat suku bunga di suatu negara berubah, arus modal internasional akan terdampak.
Suku bunga yang meningkat dapat mendorong masuknya modal asing. Hal ini dapat menguatkan nilai tukar dari mata uang lokal dan sebaliknya.
3. Aktivitas Neraca Pembayaran
Pasif dan aktifnya neraca pembayaran juga dapat memengaruhi nilai kurs. Jika neraca pembayaran pasif, debitur dalam negeri akan menjual seluruh asetnya dengan valuasi asing.
Hal tersebut dapat menimbulkan depresiasi nilai pada mata uang lokal. Di sisi lain, neraca pembayaran aktif justru mendorong peningkatan pada permintaan dari debitur asing dan nilai tukar valuta lokal.
4. Ekspektasi
Dalam hal ini, ekspektasi dapat dipahami sebagai perkiraan kurs mata uang di masa mendatang. Misalnya, terdapat kabar terjadi inflasi di suatu negara.
Ekspektasi memunculkan perkiraan bahwa nilai tukar mata uang akan terdepresiasi. Sebagian orang umumnya akan langsung menjual mata uang dari negara terkait.
Akibat yang ditimbulkan dari tindakan ini adalah kurs valutanya di masa mendatang akan mengalami penurunan.
5. Aliran Modal Keluar
Aliran modal keluar (capital outflow) adalah modal yang keluar dari suatu negara untuk memenuhi kewajiban pelunasan utang atau kebutuhan negara.
Aktivitas tersebut membuat kurs mengalami perubahan nilai. Jika aliran modal keluar tinggi, maka kurs valuta lokal akan semakin menurun dan sebaliknya.
6. Kontrol Pemerintah
Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah berpengaruh pada pergerakan nilai kurs. Sebagai contoh, kebijakan pembatasan barang impor yang dapat menurunkan permintaan valuta asing.
Ketika kondisi tersebut terjadi, nilai tukar dari negara terkait akan terapresiasi. Agar kurs valuta lokal stabil, maka pemerintah diharapkan mengambil kebijakan secara akurat.
Baca juga: 10 Negara dengan Mata Uang Paling Rendah di Dunia, Apa Saja?
Contoh Kurs
Sebetulnya, contoh kurs bisa ditemukan dalam bertransaksi yang melibatkan dua mata uang asing berbeda. Misalnya, kamu hendak ke Prancis, artinya harus menukar dari rupiah ke Euro.
Jika nilai kurs jual 1 EUR adalah Rp14.500 IDR dan kamu menukarkan sebanyak Rp50.000.000, maka jumlah yang bisa diterima sebesar 3.448,3 EUR (Rp50 juta / Rp14.500).
Kemudian, kamu dari Prancis ingin kembali ke Indonesia. Uang yang tersisa sebanyak 300 EUR. Nilai kurs beli 1 EUR adalah Rp14.030.
Jumlah rupiah yang diterima nantinya dapat dihitung dengan cara mengalikan sisa uang Euro dan nilai kurs beli , yakni 300 EUR x Rp14.030 = Rp4.209.000.
Itulah penjelasan tentang apa itu kurs, jenis, faktor yang memengaruhi, dan contohnya. Merujuk pada informasi di atas, bisa dipahami bahwa kurs berdampak besar pada ekonomi makro.
Pengaruhnya pun terasa langsung di kehidupan sehari-hari, termasuk pada keuangan pribadi. Ketika rupiah terus melemah, maka tabungan akan mengalami penyusutan nilai.
Maka dari itu, dibutuhkan mitigasi efektif untuk menghadapi fluktuasi kurs, yaitu dengan mulai mencari peluang investasi yang aman dan stabil.
Salah satu instrumen yang direkomendasikan adalah emas karena ketahanannya terhadap inflasi maupun gejolak perekonomian tidak menentu.
Jika tertarik untuk berinvestasi emas, pilih Tabungan Emas dari Pegadaian yang menawarkan jaminan emas 24 karat dengan pembelian awal minimal Rp10 ribuan.
Biaya pengelolaan rekeningnya pun tergolong ringan, yakni sebesar Rp30.000/tahun. Pendaftaran dan transaksinya bisa dilakukan secara online lewat Tring! by Pegadaian atau langsung di kantor cabang Pegadaian terdekat.
Saldo Tabungan Emas dapat digunakan sesuai kebutuhan, seperti dijual kembali, digadaikan, dikonversi menjadi emas fisik, dikirim ke pengguna lain, maupun didepositokan.
Penasaran berapa gram emas yang bisa dibeli? Kamu bisa menghitungnya menggunakan fitur Simulasi Tabungan Emas.
Tunggu apa lagi? Yuk, jangan ragu untuk menabung emas mulai dari sekarang di Pegadaian untuk memaksimalkan peluang cuan!
Baca juga: Satu Dinar Berapa rupiah? Ini Penjelasan & Jawabannya
Artikel Lainnya

Keuangan
Opsen Pajak: Definisi, Contoh, dan Cara Menghitungnya
Opsen pajak adalah tambahan pungutan pajak yang dibayarkan bersama pajak utama. Simak penjelasan tentang opsen pajak, contoh, dan besarannya di sini.

Keuangan
Serba-serbi Gadai BPKB di Pegadaian
Tak hanya uang, kamu juga bisa menabung emas di Pegadaian. Sebenarnya, apa saja keuntungan menabung emas? Simak ulasannya di sini.

Keuangan
Apa itu Take Home Pay? Ini Pengertian Hingga Cara Hitungnya
Take home pay adalah total penghasilan bersih yang diterima karyawan setelah dikurangi kewajiban perusahaan. Pelajari informasi lebih detailnya di artikel ini!
