Memahami 6 Penyebab Rupiah Menguat, Contoh, & Dampaknya

Tingkat kesehatan perekonomian dalam suatu negara, termasuk Indonesia, dapat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah fluktuasi nilai tukar mata uang.
Ada kalanya nilai tukar rupiah menguat dan melemah. Fenomena ini pun tidak terjadi secara tiba-tiba. Pasalnya, ada banyak penyebab rupiah menguat terhadap dolar atau mata uang asing lain.
Sebagai pelaku ekonomi, kamu harus memahami hal tersebut agar rencana pengelolaan risiko terkait perubahan nilai tukar bisa dilakukan sebagai langkah preventif. Mari simak penyebab dan pembahasan lainnya di bawah ini.
Penyebab Rupiah Menguat
Nilai tukar rupiah bisa berubah-ubah karena bergantung pada penawaran dan permintaan pasar terhadap mata uang tersebut.
Jika permintaan pada rupiah meningkat, maka nilainya mungkin akan menjadi lebih mahal dan menguat terhadap dolar atau mata uang asing lain, begitu pula sebaliknya.
Tapi, selain itu, ada beberapa penyebab rupiah menguat lainnya yang perlu diperhatikan, seperti berikut ini:
1. Kebijakan Suku Bunga The Fed
The Fed (Federal Reserve) merupakan bank sentral di Amerika Serikat yang memiliki pengaruh sangat kuat pada perbankan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Penetapan suku bunga acuan oleh The Fed berdampak signifikan pada perekonomian global. Lantas, kebijakan suku bunga seperti apa yang menyebabkan rupiah menguat?
Umumnya, penguatan nilai rupiah terjadi saat The Fed menurunkan tingkat suku bunga acuan. Nah, situasi ini memberikan keleluasaan bagi Bank Indonesia untuk melakukan hal yang sama.
Ketika suku bunga acuan di Indonesia turun, hal ini berpotensi memicu peningkatan aliran dana yang masuk ke dalam negeri sehingga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional bisa terwujud.
2. Periode Repatriasi Dividen yang Berakhir
Berakhirnya periode repatriasi dividen menyebabkan perusahaan maupun investor asing menarik dananya yang ada di luar negeri kembali ke Indonesia.
Masuknya aliran dana ke dalam negeri ini akan membuat permintaan terhadap rupiah naik sebab investor membutuhkannya untuk melakukan investasi, membayar dividen, dan lain sebagainya.
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab rupiah menguat terhadap dolar AS maupun mata uang asing lain.
3. Melemahnya Data Ekonomi Amerika Serikat
Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, data ekonomi Amerika Serikat berefek substansial terhadap perekonomian global.
Sebagai contoh, melemahnya data ekonomi AS bahkan dapat memicu penurunan nilai tukar mata uangnya. Situasi ini mendorong adanya pergeseran aliran modal ke pasar negara berkembang, seperti Indonesia, sehingga menguatkan nilai tukar rupiah.
4. Masuknya Arus Modal Asing
Saat para investor asing ingin berinvestasi obligasi atau saham di Indonesia, mereka harus membeli rupiah atau menukarkan mata uang asing dengan rupiah terlebih dahulu.
Kondisi tersebut membuat permintaan terhadap rupiah di pasar valuta asing pun meningkat yang akhirnya memperkuat nilai tukarnya.
5. Surplus Neraca Perdagangan
Ketika Indonesia lebih banyak melakukan ekspor dibandingkan dengan impor, maka akan terjadi surplus neraca perdagangan.
Kondisi ini bukan hanya menggambarkan bahwa produk domestik berdaya saing kuat di pasar internasional, tetapi juga meningkatnya aliran devisa negara sehingga mendorong tingginya nilai tukar rupiah.
6. Stabilitas Politik dan Makroekonomi
Kekondusifan situasi politik dan positifnya iklim investasi juga bisa membuat kepercayaan investor global terhadap rupiah mengalami peningkatan. Dengan begini, mereka pun cenderung tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena bisa memberikan imbal hasil yang menjanjikan.
Baca juga: 10 Negara dengan Mata Uang Tertinggi di Dunia, Ini Urutannya!
Contoh Rupiah Menguat dan Melemah
Penguatan dan penurunan nilai tukar rupiah memang sering sekali terjadi. Jika kamu penasaran dan ingin menelusuri contoh rupiah menguat dan melemah, berikut selengkapnya:
1. Contoh Rupiah Menguat
Sebagai contoh, Bank Indonesia mengungkapkan bahwa sejak awal Maret, nilai tukar rupiah mulai menguat. Bahkan, penguatannya lebih besar daripada negara lain yang setara.
Pada 3 Maret 2025, rupiah berada di level Rp16.506/US$. Kemudian, terus menguat menjadi Rp16.315/US$ pada 6 Maret 2025.
Diperkirakan bahwa dinamika ini masih akan terjadi selama 4 tahun ke depan. Alasan dibalik situasi tersebut tidak lain adalah karena kebijakan tarif Amerika Serikat.
Awalnya, Donald Trump telah memastikan bahwa penerapan pengetatan tarif terhadap Tiongkok, Kanada, dan Meksiko seharusnya berlangsung di bulan Maret.
Tetapi, pelaksanaannya diundur. Faktor penyebab lainnya, yakni adanya asesmen baru dari J.P Morgan yang meningkatkan rating saham-saham bank besar di Indonesia menjadi overweight.
Pasar saham di Indonesia yang sempat memburuk selama beberapa waktu terakhir pun relatif mengalami rebound cukup tinggi sehingga berefek positif pada rupiah.
2. Contoh Rupiah Melemah
Setelah menguat mulai awal Maret 2025, nilai tukar rupiah kini kembali melemah terhadap dolar AS di pembukaan perdagangan per 15 Juli 2025 yang berada di level Rp16.250/US$.
Di sisi lain, indeks dolar Amerika Serikat (DXY) terpantau turut melemah senilai 0,03% di level 98,055 per pukul 09.00 WIB.
Kondisi ini terjadi akibat kebijakan tarif terbaru yang diungkapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berefek menimbulkan ketidakpastian global.
Tidak hanya pada Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko, Presiden Amerika Serikat juga mendeklarasi bahwa mitra dagang Rusia akan dikenakan tarif tambahan sebanyak 100%.
Ancaman kebijakan tersebut menimbulkan kekhawatiran pasar yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah karena aliran dana investor asing ke Indonesia jelas akan menurun.
Terlebih, Amerika Serikat akan menerbitkan data inflasi periode Juni yang mana IHK (Indeks Harga Konsumen) diperkirakan naik 2,6% secara tahunan lebih tinggi daripada periode Mei.
Situasi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pergerakan nilai rupiah. Pasalnya, peningkatan IHK bisa mengurangi ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga acuan The Fed dalam waktu dekat.
Inilah mengapa stabilitas rupiah harus terus dijaga. Tetapi, mengapa nilai rupiah harus stabil? Sebab, fluktuasi maupun penurunan nilai tukar secara berlebihan memicu terjadinya ketidakpastian ekonomi.
Hal itu sangat berpengaruh pada harga barang maupun jasa dan membuat arus perdagangan internasional menjadi terganggu.
Baca juga: 4 Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed Terhadap Emas, Catat!
Dampak Penguatan Rupiah
Setelah mengetahui penyebab rupiah menguat terhadap dolar AS atau mata uang asing lain, kamu tentu penasaran dampak apa yang bisa ditimbulkan dari fenomena ini. Adapun dampak penguatan rupiah adalah sebagai berikut.
- Menekan Laju Inflasi: Penguatan nilai rupiah akan mendorong peningkatan permintaan terhadap produk domestik. Alhasil, daya beli masyarakat mengalami kenaikan. Kondisi ini akhirnya membuat tekanan inflasi menurun.
- Menurunkan Daya Saing Ekspor: Selain positif, efek negatif pun akan terasa saat rupiah menguat. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan daya saing ekspor karena produk Indonesia cenderung lebih mahal di pasar global sehingga mengurangi permintaan.
- Harga Barang Impor Terjangkau: Ketika nilai rupiah kuat, biaya pengadaan barang impor menjadi lebih terjangkau sehingga menaikkan daya beli konsumen. Para pelaku industri yang bergantung pada komponen impor pun akan diuntungkan.
- Jumlah Turis Asing Berkurang: Penguatan nilai rupiah membuat biaya liburan ke luar negeri lebih terjangkau. Sebaliknya, turis asing yang datang ke Indonesia harus mengeluarkan lebih banyak biaya sehingga berpotensi mengurangi kunjungan wisata. Alhasil, penerimaan di bidang pariwisata pun menurun.
- Berkurangnya Beban Utang Luar Negeri: Saat mata uang asing melemah, maka pelunasan kewajiban utang dalam nilai rupiah menjadi lebih ringan. Dalam jangka panjang, kondisi ini bagus untuk memperbaiki neraca finansial dan mengurangi beban fiskal pemerintah.
- Meningkatnya Kepercayaan Investor Asing: Nilai tukar rupiah yang menguat dapat mengurangi risiko investasi sehingga meningkatkan kepercayaan investor asing ke Indonesia. Alhasil, diversifikasi investasi di pasar Indonesia pun naik.
Demikian penjelasan mengenai penyebab rupiah menguat terhadap dolar AS atau mata uang asing lainnya, lengkap dengan contoh situasi dan dampaknya.
Pergerakan nilai tukar mata uang sering kali menimbulkan ketidakstabilan perekonomian karena sifatnya yang terus bergejolak. Akibatnya, hal ini bisa berdampak langsung pada nilai aset yang dimiliki.
Untuk melindungi nilai kekayaan, cobalah beralih ke instrumen investasi yang aman dan stabil, seperti emas. Sebagai safe haven, emas dapat mempertahankan nilainya dari waktu ke waktu.
Kini, investasi emas bisa diwujudkan melalui Tabungan Emas dari Pegadaian. Layanan ini menawarkan pembelian awal yang terjangkau, yaitu mulai dari Rp10 ribuan.
Kamu juga akan mendapatkan jaminan emas 24 karat. Proses transaksinya pun praktis dan fleksibel, karena bisa dilakukan melalui aplikasi Pegadaian Digital atau dengan langsung mengunjungi kantor cabang Pegadaian terdekat.
Jika ingin mengetahui berapa gramasi emas yang bisa dibeli, kamu juga bisa melakukan perhitungan dengan fitur Simulasi Tabungan Emas.
Jadi, tertarik untuk mencoba? Yuk, menabung emas mulai dari sekarang di Pegadaian demi melindungi nilai kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi!
Baca juga: 10 Negara dengan Mata Uang Paling Rendah di Dunia, Apa Saja?
Artikel Lainnya

Keuangan
Alokasi Gaji 2 Juta untuk Keuangan yang Aman dan Terjamin
Gaji 2 juta bisa dikelola dengan baik agar keuangan tetap aman setiap waktu. Mari cari tahu alokasi gaji 2 juta yang dapat diterapkan sehari-hari.

Keuangan
5 Kunci Sukses Mengatur Keuangan Keluarga
Sulit mengatur perencanaan keuangan keluarga? Jangan bingung, simak kunci suksesnya berikut ini

Keuangan
Cara Cek Bansos PKH Lewat HP, Mudah, Praktis, dan Gratis!
Untuk mengetahui data penerima bantuan sosial PKH, kamu bisa mengeceknya secara online melalui aplikasi atau laman resmi Kemensos. Ini dia caranya!