DSCR: Fungsi, Interpretasi, Cara Hitung, & Faktor Pengaruh

Oleh Sahabat Pegadaian dalam Keuangan

04 December 2025
Bagikan :
image detail artikel

Rasio keuangan dalam analisis kredit dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis, salah satunya DSCR (Debt Service Coverage Ratio).

DSCR adalah indikator penting untuk mengevaluasi apakah perusahaan bisa menggunakan ketersediaan cash flow guna membayar utangnya saat ini.

Konsep ini penting dipahami oleh analis keuangan, investor, maupun kreditur sebelum bertransaksi finansial. Simak ulasan lebih dalam terkait hal ini di artikel berikut.

Apa Itu DSCR?

DSCR adalah rasio untuk mengukur kapabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok utang dan bunganya menggunakan pendapatan operasional bersih.

Dengan kata lain bahwa rasio keuangan tersebut mampu mengungkapkan jumlah keseluruhan liabilitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

DSCR pun bisa didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara penghasilan dengan utang jangka pendek maupun panjang. Rasio ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks.

Dalam hal investasi, DSCR memungkinkan investor melihat apakah perusahaan mempunyai penghasilan yang cukup memadai untuk membayar utang.

Lalu, dalam konteks finansial pribadi, metrik ini sering kali dimanfaatkan oleh petugas pemberi kredit (kreditur) untuk menentukan dan menilai risiko terkait pemberian pinjaman.

Bagi pemerintah, DSCR merupakan jumlah pemasukan ekspor yang diperlukan negara untuk membayar bunga maupun pokok tahunan utang luar negeri.

Fungsi DSCR

Jika mengacu pada definisi sebelumnya, dapat dipahami bahwa fungsi DSCR adalah untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya secara menyeluruh.

Di samping itu, terdapat beberapa fungsi DSCR lainnya, antara lain:

  • Membantu proses identifikasi masalah keuangan perusahaan, yaitu kesulitan dalam menyelesaikan tanggungan kredit atau kekurangan likuiditas.
  • Menilai kinerja keuangan perusahaan untuk menentukan kondisi kesehatannya. Jika rasionya rendah, berarti peluang perusahaan untuk gagal bayar lebih tinggi.
  • Memproyeksikan seberapa mampu perusahaan dalam menghadapi perubahan ekonomi, seperti kondisi pasar atau suku bunga.
  • Sebagai acuan analis keuangan, investor, maupun kreditur dalam membuat keputusan yang strategis dan lebih baik terkait pemberian kredit atau investasi.
  • Membantu perusahaan melakukan evaluasi kapasitasnya untuk tumbuh, berkembang, dan memperoleh pendanaan tambahan.


Baca juga: Return Investasi: Jenis, Komponen, Cara Hitung, & Contohnya

Faktor yang Memengaruhi DSCR

Pada dasarnya, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi DSCR perusahaan, yaitu sebagai berikut.

1. Pendapatan

Penurunan dan peningkatan pendapatan mencerminkan seberapa mampu perusahaan bisa menghasilkan arus kas untuk membayar total layanan kredit.

Apabila menurun, berarti perusahaan tengah mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban utang sehingga nilai DSCR pun lebih rendah, begitu pula sebaliknya.

2. Biaya Operasional

Dalam hal ini, biaya operasional mencakup utilitas, gaji, dan sewa. Biaya ini bisa mengurangi tingkat pemasukan operasional bersih yang tersedia untuk menyelesaikan utang.

Biaya operasional yang tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan pendapatan berpotensi menurunkan pemasukan operasional bersih. Alhasil, tingkat DSCR bernilai lebih kecil.

3. Struktur Utang

Selanjutnya, faktor yang memengaruhi DSCR adalah struktur utang. Perusahaan kemungkinan memiliki kewajiban pembayaran utang lebih sedikit saat utang jangka panjangnya lebih banyak.

Nilai DSCR-nya pun lebih tinggi. Tetapi, jika komposisi utang jangka pendeknya lebih banyak, kewajiban pembayaran utang perusahaan mungkin lebih tinggi sehingga DSCR lebih rendah.

4. Tren Industri dan Kondisi Pasar

Faktor ini juga dapat berdampak langsung ke komponen kunci perhitungan DSCR, yaitu arus kas dan pendapatan operasional bersih.

Saat kondisi pasar menguat, permintaan terhadap produk atau layanan perusahaan akan naik sehingga meningkatkan volume penjualan dan pemasukan.

Pemasukan yang meningkat secara langsung bisa memperbaiki tingkat DSCR. Lalu, pertumbuhan industri yang pesat juga menawarkan potensi pendapatan lebih tinggi.

Perusahaan yang beroperasi di sektor ini cenderung mempunyai cash flow lebih baik dan DSCR-nya dinilai sehat. Kondisi ini lebih menarik bagi pihak kreditur.

5. Suku Bunga

Secara umum, tingginya suku bunga bisa menaikkan jumlah pembayaran bunga jatuh tempo atas pinjaman yang belum dibayar.

Nah, apabila tanggungan pinjaman perusahaan memiliki tingkat bunga variabel, maka fluktuasi suku bunga tentunya akan berpengaruh ke nilai DSCR.

Cara Menghitung DSCR

Cara menghitung DSCR dapat dilakukan dengan membagi pendapatan operasional bersih dan total layanan utang.

Pendapatan operasional bersih (net operating income/NOI) dihasilkan oleh perusahaan dari kegiatan operasi utamanya setelah dikurangkan biaya operasi.

Sedangkan, total layanan utang merupakan jumlah keseluruhan pembayaran pokok beserta bunga yang harus dilunasi debitur ke kreditur, termasuk dalam jangka pendek dan panjang.

Adapun tampilan rumus DSCR adalah sebagai berikut:

DSCR = NOI / Total Layanan Utang

Agar pemahaman menjadi lebih jelas, cobalah perhatikan contoh soal di bawah ini dan penyelesaiannya menggunakan rumus tersebut.

Contoh:

PT ABC mempunyai pendapatan operasional bersih senilai Rp300.000.000 serta total layanan utang (debt service) yang belum dilunasi sebanyak Rp100.000.000. lantas, berapa DSCR-nya?

Jawab:

DSCR = NOI / Total Layanan Utang
= Rp300.000.000 / Rp100.000.000
= 3

Jadi, PT ABC memiliki DSCR sebesar 3x. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan NOI 3x lebih banyak dibandingkan yang diperlukan untuk melunasi total utang.

Baca juga: Rasio Investasi: Definisi, Jenis, & Cara Perhitungannya

Interpretasi Hasil DSCR

Nilai DSCR yang ideal tidak bersifat tetap. Artinya, bisa berbeda-beda bergantung pada sektor industri maupun jenis perusahaan.

Untuk mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam membayar utang, maka perlu memahami interpretasi hasil DSCR. Berikut ini adalah cara membacanya:

  • DSCR > 1 berarti perusahaan mampu melunasi pembayaran utang dengan lancar karena jumlah pendapatan operasional bersihnya lebih besar daripada total utang.
  • DSCR = 1 berarti pendapatan operasional bersih perusahaan jumlahnya sama dengan total utang alias pas-pasan.
  • DSCR < 1 berarti pendapatan operasional bersih yang dihasilkan perusahaan tidak cukup mampu menutupi seluruh utang sehingga risiko gagal bayar lebih tinggi.


Berdasarkan interpretasi tersebut, bisa dikatakan bahwa semakin besar DSCR maka kemungkinan perusahaan berhasil membayar seluruh utang dengan lancar pun semakin tinggi.

Demikian penjelasan mengenai apa itu DSCR, fungsi, faktor yang memengaruhi, cara menghitung, hingga interpretasi hasilnya.

Memahami metrik kredit ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi strategi yang efektif guna mengoptimalkan kondisi keuangannya.

Sebetulnya, terdapat beragam upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan finansial perusahaan, yaitu dengan memiliki cadangan lebih stabil.

Dalam hal ini, kamu bisa mengandalkan Tabungan Emas dari Pegadaian. Hanya dengan pembelian minimal Rp10 ribuan, kamu dapat berinvestasi emas secara mudah dan praktis.

Proses pembukaan rekeningnya lewat Tring! by Pegadaian atau ke kantor cabang Pegadaian terdekat dengan melengkapi seluruh syarat.

Saldo yang nantinya terkumpul bisa digunakan sesuai kebutuhan, seperti digadaikan, ditransfer ke pengguna Tabungan Emas lain, dijual kembali, atau dikonversi menjadi emas fisik.

Jika ingin mengetahui berapa gram emas yang memungkinkan untuk dibeli, Pegadaian menyediakan Simulasi Tabungan Emas. Manfaatkan fitur ini untuk melakukan perhitungan.

Jadi, tunggu apa lagi? Ajukan permohonan transaksi Tabungan Emas mulai sekarang di Pegadaian dan raih keuntungan menjanjikan untuk memaksimalkan kemampuan finansialmu!

Baca juga: Rasio Solvabilitas: Pengertian, Manfaat, dan Rumusnya

Tinggalkan Komentar

Alamat email kamu tidak akan terlihat oleh pengunjung lain.
Komentar *
Nama*
Email*
logo

PT Pegadaian

Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Ikuti Media Sosial Kami

Pegadaian Call Center

1500 569

atau 021-80635162 & 021-8581162


Copyright © 2025 Sahabat Pegadaian. All Rights Reserved